Bukan Covid-19, Ini Biang Kerok Mal di DKI Seperti Mati Suri

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 09/01/2023 13:20 WIB
Foto: Mal yang berada di daerah Karet Semanggi, Jakarta Selatan ini popularitasnya langsung redup semenjak pandemi Covid-19 melanda. (CNBC Indonesia / Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena mal sepi pengunjung di 'jantung' ibu kota santer dibicarakan, lantaran lokasi yang strategis dan mudah dijangkau ternyata tak membuat mal-mal tersebut jadi ramai didatangi pengunjung. Bahkan, tampak sepi, lengang seperti kuburan, bak mati suri.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit mengatakan penyebab fenomena mal sepi pengunjung sangat kompleks dan sulit untuk dibuktikan mana yang sudah terlebih dahulu ada.

"Seperti telor sama ayam. Memang itu biasa terjadi pada beberapa pusat perbelanjaan tertentu yang sudah lama beroperasi. Penyebabnya kompleks," kata Panangian kepada CNBC Indonesia, Senin (9/1/2023).


Dia mengatakan, mal-mal tersebut mulai ditinggalkan oleh pengunjung karena kehadiran pesaing baru yang lebih memiliki daya tarik.

Selain itu, tak hanya lokasi strategis saja yang menjadi daya tarik, namun pertimbangan lokasi yang rawan kemacetan juga cenderung menjadi pertimbangan pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan. Seringkali pengunjung lebih memilih lokasi mal yang jauh dari kemacetan di sekitar lokasinya.

Selanjutnya, acara atau even di mal juga cukup berpengaruh dalam menarik minat pengunjung. Seperti halnya, menjelang tahun baru Imlek, biasanya mal dengan tingkat keramaian pengunjung yang tinggi berlomba-lomba untuk mengadakan event besar tersebut dengan semeriah mungkin, juga dengan penawaran-penawaran menarik berupa promo dan diskon.

"Ada pesaing mal yang baru muncul, ada kemacetan yang parah di lokasi, acara-acaranya kurang mampu menarik pengunjung, pedagang mulai banyak yang keluar, dan lain sebagainya," ungkapnya.

Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang beberapa tahun ke belakang telah memukul keras bisnis ritel modern, khususnya pusat perbelanjaan. Dengan kehadiran Covid-19 sedikit banyak telah membuat para penyewa mulai keluar dari pusat perbelanjaan, ditambah jika tarif sewa yang ditawarkan tetap tinggi walaupun pengunjung semakin sepi.

"Tarif tetap tinggi walaupun pengunjung semakin sepi, misalnya karena Covid-19," katanya.

"Jadi, solusinya lebih pada sikap pemilik pusat perbelanjaanya. Bagaimana caranya membuat mal itu kembali ramai dikunjungi oleh konsumen," ujarnya.

Sementara itu, Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo mengatakan, untuk menarik pengunjung, pengelola mal harus menawarkan konsep yang berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya.

Saat ini, menurut dia, masyarakat lebih senang bepergian untuk berbelanja sembari melakukan aktivitas sosial, karena itu ruang publik seperti outdoor area menjadi bagian penting yang tidak bisa terpisahkan.

"Orang Indonesia maunya kombinasi, shopping, eating, recreation, meeting," kata Yongky kepada CNBC Indonesia.

Sebagian masyarakat memang masih banyak yang mengandalkan penjualan online untuk memenuhi kebutuhannya, namun ada juga kecenderungan orang-orang mulai mencari langsung ke toko untuk mendapatkan pengalaman berbeda. Karena itu, pengelola mal harus berbenah untuk menangkap peluang ini.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini