
Tragis Nasib Mal di Pinggiran DKI, Pengunjung Gak Lebih 100

Jakarta, CNBC Indonesia - Mal Cibinong Square berdiri sekitar tahun 2012, dengan lokasi yang tak jauh dari kantor pemerintahan daerah Kabupaten Bogor. Sepertinya mal ini menambah daftar pusat perbelanjaan di wialyah Jabodetabek yang ini semakin sepi, lengang seperti kuburan.
Mal ini bahkan sempat dikabarkan bakal dijual. Catatan CNBCÂ Indonesia, sempat muncul iklan penjualan properti atas nama mal ini pada tahun 2021 lalu.
Meski begitu, sepertinya pemilik mal masih berusaha memasarkan propertinya. Seperti halnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyewa setengah area di lantai 1, setidaknya selama 3 bulan, untuk keperluan input data Pendataan Awal Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek).
Pantauan CNBC Indonesia, hanya beberapa pengunjung yang terlihat di mal ini. Begitu masuk gedung mal, terasa udara pengap menusuk kulit, panas dan terasa sesak karena buruknya sirkulasi udara. Membuat tak betah berlama-lama di dalam gedung.
Tampak kondisi di dalam bangunan dari mulai eskalator, lift, sampai dengan pendingin ruangan atau AC semuanya mati sehingga membuat seisi ruangan menjadi panas dan pengap. Debu pada lantai dan permukaan lainnya juga dibiarkan begitu saja, kotor.
Meski begitu, Tedy, petugas keamanan Mal Cibinong Square mengatakan, seluruh fasilitas seperti lampu, AC, lift, sampai dengan eskalator semuanya masih berfungsi, hanya memang sengaja saja dimatikan.
"Masih berfungsi semua. Nggak ada yang ngga berfungsi di sini, berfungsi semuanya dari eskalator, lift, lampu-lampu, AC itu berfungsi semua tapi memang dimatikan karena tidak ada sewa. Kecuali kalau yang sewa ini bilang 'oh saya butuh eskalator' baru kita hidupin. Soalnya kalau dinyalain kan listriknya mahal," kata Tedy kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).
Mal ini terdiri dari empat lantai, termasuk lantai dasar. Setidaknya hanya ada tiga penyewa di area dalam gedung. Yaitu restoran cepat saji yang berada di lantai G, Badan Pusat Statistik (BPS) di lantai 1, dan tempat karaoke di lantai 2. Sementara lantai 3 dibiarkan kosong dan akses ditutup.
![]() |
"Disewain. (Di lantai dasar) ada rumah makan AW, kalau di lantai 1 itu ada BPS baru bulan ini mereka sewanya, dia juga nggak lama cuma selama 3 bulan, terus di lantai 2 ada karaoke Ayu Tingting. Karaoke bukanya dari siang sampai malam. Di atasnya lagi kosong. Kalau di dalam baru ada 3 sewa. Kalau di belakang ada futsal dan Carsome. Futsal buka dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam," ujar Tedy.
Adapun pekerja magang yang diperkerjakan BPS untuk proses input data tersebut ada sekitar 500 orang dan dibagi menjadi dua shift kerja, shift pukul 07.00-15.00 dan shift pukul 15.00-23.00. Per shiftnya, ada sekitar 200 lebih pekerja magang yang bekerja melakukan input data Regsosek.
Beralih ke lantai 2, terdapat bekas wahana bermain anak yang terbengkalai. Dari mulai mandi bola, perosotan, ayunan, sepeda, dan mainan anak lainnya itu dibiarkan berdebu dan tidak terurus begitu saja.
Tedy mengakui, pengunjung yang datang setiap harinya tidak banyak. Biasanya paling banyak pengunjung datang untuk restoran cepat saji AW, itu pun tidak pernah lebih dari 100 pengunjung. Adapun untuk karaoke dan futsal tidak menentu.
"Masih ada yang datang biasanya buat AW, tapi paling itu ojek online, atau nggak pas jam 12 itu suka ada yang datang. Kalau futsal, ini kayak anak-anak sekolah ini biasanya mereka datang buat futsal jadi langsung ke belakang. Kalau karaoke kan buka-nya siang, biasanya abis Maghrib mulai ramainya, itu ada aja sih yang datang 1 atau 2 orang paling sehari," ungkap Tedy.
Elis, pramusaji di restoran cepat saji AW menuturkan, "Kalau AW di sini sepi, nggak seramai outlet lain. Karena faktor mal yang sepi juga sih ini."
Tedy menuturkan bahwa sepinya pusat perbelanjaan ini diperparah oleh adanya pandemi Covid-19.
"Dari beberapa bulan sebelum pandemi lah kayaknya ini mulai sepi. Tapi pas pandemi itu mulai habis-habisnya. Udah 3 tahun-an sepi begini," katanya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah, Mal Sepi Seperti Kuburan Kepung Jakarta, Ini Lokasinya