Internasional

Alert! 2 Malapetaka Ancam 2023: Perang Nuklir & Neraka Iklim

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 January 2023 08:10
Uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-17 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Korea Utara, Jumat (18/11/2022). Pemerintah Korea Utara melakukan uji coba rudal balis balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 yang merupakan rudal terbesar yang dipunyai Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, dan merupakan ICBM berbahan bakar cair terbesar di dunia. Rudal yang diluncurkan pada Jumat terbang hampir 1.000 kilometer (621 mil) selama sekitar 69 menit dan mencapai ketinggian maksimum 6.041 kilometer. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Foto: Uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-17 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Korea Utara, Jumat (18/11/2022). Pemerintah Korea Utara melakukan uji coba rudal balis balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 yang merupakan rudal terbesar yang dipunyai Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, dan merupakan ICBM berbahan bakar cair terbesar di dunia. Rudal yang diluncurkan pada Jumat terbang hampir 1.000 kilometer (621 mil) selama sekitar 69 menit dan mencapai ketinggian maksimum 6.041 kilometer. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah ramalan buruk kembali diberikan di 2023. Mulai dari perang nuklir hingga krisis iklim.

Hal ini setidaknya dimuat media Inggris Daily, akhir Desember lalu. Beberapa fakta diberikan dikutip Kamis (5/1/2023).

Ancaman Perang Nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin sempat mengatakan Rusia akan menggunakan 'semua cara yang tersedia' untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang dicaploknya dari Ukraina. Ia bahkan menyebut Washington telah melakukannya sebelumnya dengan kejadian bom atom di Hiroshima.

Ancaman perang nuklir sendiri timbul dari pertempuran antara Rusia dan Ukraina. Moskow beberapa kali menggulirkan hal ini lantaran bantuan Barat untuk Ukraina yang diberikan untuk melawan pihaknya.

Dengan pernyataan ini, Presiden AS Joe Biden menganggap bahwa Putin bisa saja meluncurkan senjata nuklir dalam serangannya ke Ukraina. Pejabat Negeri Paman Sam juga memaparkan AS harus bersiap diri dengan hal itu karena serangan Rusia ke Ukraina yang berjalan kurang maksimal.

"Pertama kali sejak krisis rudal Kuba, kami memiliki ancaman langsung penggunaan (dari) senjata nuklir jika pada kenyataannya segala sesuatunya terus berlanjut di jalur yang mereka (Rusia) tuju," papar Biden pada awal bulan Oktober lalu.

The Global Challenges Foundation, sebuah kelompok Swedia, juga menilai risiko bencana tinggi. Ancaman penggunaan senjata nuklir adalah yang terbesar sejak 1945 ketika AS menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dalam satu-satunya serangan atom dalam sejarah.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa penggunaan senjata nuklir habis-habisan, selain menyebabkan hilangnya banyak nyawa, akan memicu awan debu yang akan menutupi matahari. Ini mengurangi kapasitas untuk menanam makanan dan mengantar ke 'periode kekacauan dan kekerasan, membuat sebagian besar penduduk dunia yang masih hidup akan mati kelaparan'.

Menurut seorang dosen dari University of Chicago, Kennette Benedict, resiko perang nuklir saat ini bahkan lebih besar daripada selama Krisis Rudal Kuba. Karena, Presiden Rusia Vladimir Putin tampak kurang terkendali oleh para penasihat.

Sementara setiap serangan nuklir Rusia kemungkinan akan melibatkan senjata 'taktis' kecil, para ahli mengkhawatirkan eskalasi cepat respons AS. "Maka kita berada dalam permainan bola yang sama sekali berbeda," kata Benedict yang juga penasihat senior untuk Buletin Ilmuwan Atom.

Di tengah fokus pada Ukraina, intelijen AS yakin Korea Utara (Korut) juga siap untuk uji coba nuklir ketujuh. Belum lagi matinya kesepakatan nuklir AS dengan Iran ditambah ketegangan antara dua pemilik nuklir Asia, India dan Pakistan.

Benediktus juga menyalahkan tinjauan postur nuklir pemerintahan Biden yang mencadangkan hak bagi AS untuk menggunakan senjata nuklir dalam 'keadaan ekstrem'. "Saya pikir ada semacam pengikisan terus-menerus terhadap kemampuan mengelola senjata nuklir," katanya.

Neraka Iklim

Selain nuklir, soal iklim juga diramalkan terjadi di 2023. Sebelumnha, perubahan iklim menghasilkan banjir yang menenggelamkan sepertiga Pakistan, membuat gagal panen di Afrika, dan suhu tinggi pada musim panas di China pada 2022 lalu.

Di sisi lain, dunia juga tertinggal dalam menjaga kenaikan suhu di level 1,5C. Sejumlah bencana alam diyakini akan terus mengguncang bumi di 2023.

Pakar risiko eksistensial dari Universitas Cambridge, Luke Kemp, mengatakan skal pemanasan global kurang menarik perhatian. Ini, menurutnya, merupakan kesalahan dari budaya konsensus Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB dan ketakutan para ilmuwan akan cap "alarmis".

"Yang benar-benar kami butuhkan adalah penilaian yang lebih kompleks tentang bagaimana risiko akan menyebar ke seluruh dunia," paparnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Luhut Bicara Perang Nuklir: Ini Jadi Masalah yang Serius

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular