Internasional
Heboh Arab Saudi Buka Cadar-Tanpa Abaya, Ini Kronologinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada yang berbeda saat ini di Arab Saudi, khususnya Riyadh. Ibu kota, dilaporkan tidak lagi terbebani aturan segregasi dan praktik sosial yang ketat.
Hal ini setidaknya dilaporkan awal oleh The National. Media itu melaporkan bagaimana di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, pria dan wanita mengantri di jalur yang sama di bea cukai.
Mayoritas wanita pun tak bercadar dan beberapa tak memakai Abaya. Padahal keduanya merupakan pakaian tradisional yang biasa dipakai wanita di kawasan Teluk dan sempat wajib di Arab Saudi.
'Pembukaan' Riyadh dan penghapusan sejumlah aturan fisik dan sosial menjadi awal kronologi yang telah mengubah kehidupan sehari-hari warga secara signifikan. Ini diawali visi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) pada tahun 2016 yang memperkenalkan sejumlah proyek dan inisiatif transformasional untuk mendorong kemajuan negara.
Kebanyakan wanita memang tetap memakai hijab. Namun yang lain, ada yang memilih untuk tidak menutupi rambut mereka.
Percampuran antara laki-laki dan perempuan menjadi lebih umum dan polisi agama tidak terlihat. Sekarang, wanita lebih terlibat di tempat kerja.
"Mengunjungi Arab Saudi secara keseluruhan adalah pengalaman yang berbeda pada tahun 2008 dibandingkan saat ini, dengan aturan ketat mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok," kata seorang turis Mesir yang mengunjungi keluarga besarnya di Jeddah, Samia, dikutip Kamis (5/1/2022).
Hal sama juga dikatakan Susan Parker, yang bekerja di Timur Tengah sejak 2008, termasuk di Dubai dan Abu Dhabi. Sebelumnya, ujarnya, sebagai wanita asing yang belum menikah, dia tidak bisa mendapatkan visa pengunjung untuk pertemuan dengan klien di ibu kota tapi kini tidak lagi.
"Tidak ada kata sifat yang cukup besar untuk menggambarkan perubahan yang telah dilihat Riyadh," ujarnya terkejut melihat Riyadh kini.
"Sikapnya sangat terbuka, ramah dan berpikiran maju," kata kepala komunikasi untuk Cenomi Group itu. "Semua orang benar-benar merasa mereka berperan dalam perubahan ini."
Pemerintah Saudi memang telah menerbitkan aturan pekerja yang disebut Nitaqat. Kebijakan itu mengharuskan perusahaan-perusahaan Saudi dan mengisi tenaga kerja mereka dengan warga lokal hingga level tertentu, termasuk perempuan.
"Sepuluh tahun yang lalu, sebagian besar tempat kerja didominasi laki-laki," kata salah satu pendiri dan kepala eksekutif Marefa Digital, sebuah platform pembelajaran yang mengadakan lokakarya dan sesi pelatihan, Khaled Alturki.
"Perpaduan yang sehat antara perempuan dan laki-laki hadir saat kami menyampaikan lokakarya dan pelatihan ... Ada lebih banyak keragaman dan inklusi," tambahnya.
Sebenarnya dimuat AFP akhir Desember, perubahan itu sebenarnya sudah terlihat juga saat Riyadh Season digelar. Ini adalah festival hiburan dan budaya seluruh kota selama lima bulan yang menarik penduduk dan turis ke ibu kota.
Dalam sebuah laporan festival musik MDLBEAST Soundstrom di 2022, terlihat pula bagaimana pemuda dan pemudi Arab Saudi tampak tak biasa. Terlihat anak muda menari, berbaur antara pria dan wanita.
![]() |
![]() |
[Gambas:Video CNBC]
Potret Baru Arab Saudi, Wanita Buka Cadar-Tak Pakai Abaya
(sef/sef)