Mentan Sebut Bank Dunia Salah, Tapi Harga Beras RI Naik Terus
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga beras di Indonesia adalah nomor dua yang paling rendah di Asean. Karena itu, dia menambahkan, laporan Bank Dunia yang menyebutkan harga beras Indonesia termahal di Asia adalah salah.
Sementara itu, harga beras masih terus melanjutkan kenaikan.
"Menurut para pakar yang ada, (laporan Bank Dunia) tidak betul itu. Terus itu (Bank Dunia) ngambil samplingnya di mana? Kapan? Kalau di saat-saat kita lagi menanam ya nggak ada, lagi panen tentu harga juga melakukan dinamika. Tapi FAO (Food and Agriculture Organization) kita nomor dua (harga paling rendah di ASEAN)," kata Syahrul kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/12/2022).
Syahrul menekankan, harga pokok penjualan (HPP) gabah atau beras Indonesia tertinggi di angka Rp 12.500 per kg.
"Sekarang harga masih di bawah itu kok," tegasnya.
Hanya saja, Panel Harga Badan Pangan Nasional yang mencatat, harga beras rata-rata nasional hari ini, Rabu (21/12/2022) naik, baik untuk jenis premium maupun medium. Harga beras premium naik Rp10 jadi Rp12.960 per kg dan medium naik Rp10 jadi Rp11.400 per kg. Pada 14 Desember 2022, harganya tercatat di Rp12.930 dan Rp11.360 per kg.
Lebih lanjut, Syahrul mengutip data BPS, pada akhir Juni 2022 menunjukkan stok beras sebesar 67,94% berada di rumah tangga, 10,67% di pedagang, 7,15% di penggilingan, dan 11,40% di Perum Bulog.
"Rakyat sekarang ini dan para pedagang melakukan stocking yang cukup besar, karena data BPS menunjukkan 60% dari hasil produksi kita ditaruh oleh rakyat sendiri, termasuk di pedagang ada 12%. Nah, terendap seperti itu, artinya sekarang rakyat menahan stok mereka untuk sementara, karena kita akan panen lagi di Januari," kata Syahrul.
Seperti diketahui, dalam laporan edisi Desember 2022, 'Indonesia Economic Prospects', Bank Dunia membandingkan harga beras Indonesia dengan Filipina, Thailand, dan Vietnam di tingkat ritel alias pengecer. Bank Dunia membandingkan harga per Januari setiap tahunnya sejak 2012 hingga 2022.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, secara kalkulasi selama setahun di mana panen raya di bulan Maret, April, dan akhir Juni. Menurut hasil survey cadangan beras yang dilakukan BPS bersama Kementerian Pertanian menunjukkan, kondisi surplus, baik yang di rumah tangga, pedagang, penggilingan, dan yang berada di Bulog.
Pada kondisi 31 Maret komposisinya adalah, lanjut Margo, ternyata padi dalam gabah kering itu 65,78% ada di petani, di pedagang hanya ada 12,40%, di penggilingan ada 10,42%, dan di Bulog ada sekitar 9%.
"Pertanyaannya, kita memang memiliki budaya, mohon izin di kampung saya kalau panen raya itu ditaruh di dapur, itulah gambaran stok yang ada di kita, yang di Maret, April, dan di akhir Juni. Ternyata sebagian besar itu disimpan di rumah tangga, di produsen petani," jelas Margo.
"Itu yang menjadi tantangan kita bagaimana mengelola itu, karena tersebar di rumah tangga petani. Nah demikian juga di bulan April maupun bulan Juni kurang lebih komposisinya sebagian besar itu memang diserap di simpan di rumah tangga petani," tambahnya.
(dce)