
Dihajar Krisis Bertubi-tubi, Kini Inggris Hadapi Mogok Massal

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan pekerja kereta api di Inggris yang tergabung dalam Serikat pekerja Rel, Maritim, dan Transportasi Inggris (RMT) kembali mengadakan pemogokan kerja pada Selasa (13/12/2022).
Hal ini dilakukan demi menekan perusahaan penyedia layanan transportasi rel di negara itu untuk menaikan upah.
Mengutip AFP, pemogokan kereta api akan diadakan selama dua periode 48 jam pada pekan ini, dari Selasa hingga Rabu dan dari Jumat hingga Sabtu.
Garis piket pun muncul di stasiun-stasiun utama Selasa pagi untuk memulai aksi itu. Warga hanya disarankan untuk bepergian jika penting pasalnya kereta hanya beroperasi 20% dari pukul 07.30 hingga pukul 18.30 pada hari pemogokan.
RMT merencanakan pemogokan lebih lanjut selama Natal dan awal Januari. Ini terjadi setelah para pekerja menolak tawaran gaji dari Network Rail, pemilik infrastruktur kereta api Inggris. Sejauh ini, perusahaan itu telah menawarkan kenaikan gaji 5% mundur untuk tahun ini dan 4% lagi pada awal 2023.
"Ini adalah penolakan besar terhadap tawaran di bawah standar Network Rail. Ini juga terkait dengan ribuan pekerjaan yang hilang serta peningkatan jam tidak sosial," ujar Sekretaris Jenderal RMT Mick Lynch.
Dengan adanya pemogokan setelah tawaran ini, bos Network Rail Andrew Haines pesimis atas peluang terobosan dengan para pekerja.
"Di mana saya berdiri hari ini, saya harus mengatakan bahwa dengan tingkat gangguan yang diterapkan RMT, jalan ke depan tidak jelas," katanya kepada BBC.
Pemogokan ini sendiri merupakan ancaman bagi rencana perjalanan warga untuk menikmati libur Natal. Selain itu, musim dingin yang memicu turunnya salju juga diduga akan menyebabkan lebih banyak warga menaiki kereta api.
Sementara itu, pemogokan juga sebelumnya telah dicanangkan oleh serikat perawat yang tergabung dalam Royal College of Nursing (RCN). Akan ada 100.000 perawat yang ikut dalam aksi mogok massal itu.
Pemerintah Inggris pun mendesak serikat pekerja untuk membatalkan pemogokan yang direncanakan. Sebab, kegiatan ini akan mempengaruhi pelayanan kesehatan serta pengiriman surat selama periode Natal.
"Saya pikir sebagian besar orang tidak berpikir adil dan masuk akal untuk melakukan pemogokan ini. Jadi pesan saya kepada mereka sekarang adalah tolong hentikan mereka," jelas Menteri Kantor Kabinet Oliver Dowden.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mogok Kerja Massal 'Hantui' Inggris, Pasien RS Jadi Korban?
