Internasional

Negara Eropa Ini Alami Dampak Terparah Perang Rusia-Ukraina

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
13 December 2022 18:20
Bendera Moldova (AP/Andreea Alexandru)
Foto: Bendera Moldova (AP/Andreea Alexandru)

Jakarta, CNBC Indonesia - Moldova merupakan salah satu negara yang sangat terdampak dari perang Rusia dan tetangganya, Ukraina. Bahkan, peperangan yang terjadi di dekatnya itu membuat warga Moldova kesulitan karena biaya hidup yang makin tinggi.

Dalam laporan The Guardian, Selasa (13/12/2022), sejak perang, Moldova mengalami pemadaman listrik yang lebih rutin, rudal nyasar, dan inflasi 35%. Hal ini membuat warga akhirnya tak mampu membeli kebutuhan pokok.

"Saya melihat orang tua menangis di depan jendela toko. Bukannya mereka tidak mampu membeli salami; mereka bahkan tidak mampu membeli kebutuhan dasar seperti susu," kata seorang warga Moldova bernama Carolina Hinggaă.

"Ketergantungan Moldova pada impor energi mendorong rekor inflasi. Harga beberapa produk naik dua kali lipat. Di toko tempat saya bekerja, penjualan bahan makanan berkurang setengahnya," tambah warga yang bekerja di swalayan dekat Ibu Kota Chisinau itu.

Sejauh ini, Moldova telah mencoba melepaskan diri dari ketergantungan energi total pada Rusia. Ini didapatkan dari peralihan ke mitra Barat untuk bantuan dalam bentuk keuangan.

Perusahaan gas negara Rusia Gazprom memangkas pasokan ke Moldova pada bulan Oktober. Sementara ketergantungan pada interkoneksi listrik Ukraina telah membuat negara tersebut menjadi korban tidak langsung dari perang.

Menteri Urusan Luar Negeri Moldova, Nicu Popescu, memperkirakan bahwa mencari pasokan energi musim dingin alternatif yang dibutuhkan negara akan menelan biaya lebih dari 1 miliar euro atau Rp 15,6 triliun. Sejauh ini, pemerintah telah berhasil mengumpulkan sepertiga dari jumlah tersebut dari mitra Uni Eropa (UE).

Menurut analis politik Igor Boțan, hal ini akan menjadi prioritas bagi para menteri Chisinau lantaran krisis biaya hidup ini dapat membawa risiko politik dan geopolitik bagi negara berpenduduk 2,5 juta jiwa ini.

"Perang hibrida Rusia di Moldova mereplikasi strategi energi yang digunakan melawan Eropa pada umumnya, tetapi juga melibatkan perang propaganda, yang kita lihat di media, di saluran sosial, dan di jalanan, di protes," katanya

"Sebagai tanggapan, pemerintah berusaha untuk mendiversifikasi sumber energi kami dan mendapatkan dukungan dari mitra Barat."

Beberapa politisi oposisi, terutama di Partai Șor, menyalahkan pemerintah pun atas kesulitan ekonomi yang terjadi. Mereka berpendapat bahwa untuk melawan kondisi tersebut memerlukan hubungan yang lebih erat dengan Rusia.

Pemimpin Partai Șor, Ilan Shor, sendiri baru-baru ini disanksi oleh patron Barat, Amerika Serikat (AS). Washington menyatakan langkah itu untuk melawan 'kampanye pengaruh jahat yang terus-menerus dan korupsi sistemik di Moldova' yang dikobarkan dari Rusia.

Inggris mengikutinya minggu lalu. London menyebut Shor di antara 30 tokoh politik internasional yang akan dihentikan memasuki negara itu atau menyalurkan uang melalui bank Inggris.

Opini warga Moldova terkait Rusia dan Barat baru-baru ini juga bergerak ke level netral. Terkait aplikasi Chisinau untuk bergabung pada UE, saat ini hanya 50% warga mendukungnya, turun dari 65% pada musim panas 2021.

"Kita harus tetap netral. Produk kami dulu dikirim ke Rusia, dan gas serta listrik lebih murah saat itu. Saat ini sekitar 60% ekspor Moldova sekarang masuk ke UE dan hanya 10% ke Rusia," papar seorang warga lainnya bernama Ana.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Ukraina, Rusia Diam-Diam Mau Kudeta Negara Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular