Berjaya di Era Penjajahan, Inggris Hidupkan Lagi Batu Bara
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri batu bara pernah membawa Inggris menjadi raja dunia di era penjajahan. Seiring perubahan zaman dan tuntutan penggunaan energi bersih, Inggris kemudian meninggalkan pasir hitam. Keputusan Inggris untuk membuka kembali tambang batu bara pun kini mengagetkan dunia.
Revolusi Industri Inggris pada pada 1760-1840 Masehi adalah bukti sahih bagaimana batu bara telah mengubah wajah perekonomian Inggris, bahkan dunia.
Penggunaan mesin uap yang mempercepat industrialisasi pada baja, kimia, hingga tekstil bertumpu pada batu bara. Lonjakan permintaan pun membuat produksi batu bara melambung dari 5,2 juta ton pada 1750 menjadi 62,5 juta ton pada 1850. Puncak produksi batu bara Inggris tercatat pada 1913 yakni 292 juta ton.
Lonjakan tersebut juga membuat Inggris terus menggali dan menggali sumber batu bara hingga ke dalam perut bumi. Industrialisasi kemudian juga membuka ratusan kilometer jalur kereta untuk mengangkut batu bara. Tenaga manusia hingga hewan kemudian terpinggirkan.
Revolusi Industri membantu Inggris menjadi penguasa dunia dengan melebarkan wilayah kekuasaan di sekitar 155 negara jajahannya. Imperialiasme modern yang bertumpu pada penjajahan ekonomi pun kemudian berkembang.
Namun, lonjakan penggunaan batu bara tidak hanya menghasilkan dampak negatif. Penggalian yang semakin dalam kerap membuat kecelakaan dan insiden besar terjadi.
Salah satu yang paling terkenal adalah tragedi Felling dekat Gateshead pada Mei 1812. Kejadian tersebut menewaskan 92 pekerja. Namun, bencana paling mematikan dalam sejarah industri batu bara Inggris terjadi di kota Senghenydd. Inisden pada 14 Oktober 1913 tersebut merenggut nyawa hingga 439 penambang.
Industri batu batu bara Inggris dengan cepat jatuh setelah 1960 karena volatilitas harga pasir hitam. Penutupan tambang-tambang mereka juga membuat industri batu bara Negara Three Lions ambruk.
Penutupan sejumlah tambang juga bagian dari upaya mereka untuk memensiunkan semua pembangkit listrik batu bara mereka pada 2025.
Dengan penutupan tambang-tambang milik mereka, produksi batu bara Inggris pun jeblok. Inggris masih memproduksi batu bara sebanyak 18,34 juta ton pada 2010, tetapi produksinya anjlok dan tak sampai single digit sejak 2015.
Pada 2021, Inggris hanya memproduksi batu bara sebanyak 1,1 juta atau 292 kali lebih rendah dibanding puncak produksi mereka pada puncaknya di 1913.
Jumlah tenaga kerja di industri tersebut juga anjlok dari 1,2 juta pada 1913 menjadi hanya sekitar 600 atau anjlok hampir 2.000 kali lipat.
(mae)