Prospek Bisnis Batu Bara Masih Menarik di RI, Ini Buktinya!

dpu, CNBC Indonesia
30 April 2025 18:07
Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri tambang batu bara masih optimis prospek bisnis ke depan. Terlebih industri batu bara didukung kuat oleh kebijakan pemerintah. Hal ini berbeda dengan keadaan negara lain seperti di Australia.

"Di Australia, pemerintahnya sudah tidak mendukung lagi pada industri batu bara, jadi bank juga tidak akan memberikan fasilitas ini termasuk di Jepang," ungkap Komisaris Utama PT Techno9 Indonesia Tbk Noprian Fadli, di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Kondisi sama terjadi di Singapura karena pemerintahnya tidak mendukung bisnis tambang batu bara di negaranya.

"Ini beda dengan di Indonesia yang masih mempunyai kandungan batu bara besar dan juga didukung pemerintah. Industri ini masih berkembang dan menjadi salah satu langkah investasi Poh Group ke depan," ujarnya.

Apalagi, ucap Noprian, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan Climate Change Accord yang mengubah banyak bisnis perusahaan di Eropa dan Tiongkok kembali ke tambang batu bara.

"Tekanannya pun cukup tinggi apalagi dari Ukraine War, hal itu membuat stabilisasi suplai gas dari Rusia ke Eropa menjadi terganggu," tuturnya.

Sehingga, kebutuhan energi di Eropa kembali bakal dipenuhi batu bara. Dengan begitu, prospek bisnis tambang batubara dinilai masih baik 20-30 tahun ke depan ketimbang di Australia dan Singapura.

"Saya cek gambaran mengenai itu dan motif kenapa kita menjadi pilihan utama untuk masuk di bisnis itu," ujarnya.

Terlebih, dia mengatakan pergerakan ekonomi di Indonesia lebih banyak didorong pertumbuhan industri digital dan komoditas seperti minyak dan gas (migas) serta batubara.

"Kalau Indonesia mau mengurangi bisnis batubara pada 2040, saya tidak begitu yakin, lantaran global sudah berubah, sudah ada Presiden Trump. Dengan begitu, prospek bisnis batubara di Indonesia bisa selama 20-30 tahun ke depan," ungkap Noprian.

Sebagai informasi, sebanyak 70% saham Techno9 Indonesia kini sedang proses diakuisisi Poh Group melalui Poh Resources untuk menjalankan bisnis tambang batu bara di Tanah Air serta mengubah bisnis NINE dari teknologi informasi ke tambang batu bara.

Noprian menjelaskan untuk mengakuisisi saham Techno9 Indonesia oleh Poh Group akan dilakukan right issue I dan right issue II (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD) secepatnya setelah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sementara itu, Direktur Utama PT Techno9 Indonesia Tbk Nuzwan Gufron menyampaikan terkait dengan akuisisi tambang, prosesnya masih berjalan dan belum bisa disampaikan secara detail karena sudah haknya Poh Group.

"Kami tidak bisa mendahului. Namun, kami selalu memberikan keterbukaan informasi terkait prosesnya sejauh mana," ujar Nuzwan.

Ia menambahkan untuk melakukan right issue akan diterbitkan prospektus oleh Techno9 Indonesia berisi rencana bisnis perusahaan, rasio saham yang dilepas, dan penggunaan dana.

"Besaran sebesar 2,157 miliar lembar saham dengan nilai Rp80 miliar, maka harga pelaksanaannya yakni Rp37 per lembar saham," pungkasnya.

Dana tersebut akan digunakan bagi penyelesaian masalah modal kerja dan perseroan serta akuisisi tambang batu bara.

"Proporsi dan komposisi menunggu persetujuan OJK, dan akan disampaikan dalam keterbukaan informasi selanjutnya," tutupnya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Produksi Batu Bara RI di 2024 Tercatat Tembus 830 Juta Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular