Duh! RI-China Masih Alot Bahas Biaya Bengkak Kereta Cepat

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
08 December 2022 17:55
Kereta Cepat Jakarta-Bandung melaju selama persiapan uji coba dinamis, di Tegalluar, Jawa Barat, Rabu (9/11/20222). Uji coba ini merupakan persiapan menuju puncak uji coba dinamis yang akan dilakukan 16 November mendatang. (Photo by TIMUR MATAHARI/AFP via Getty Images)
Foto: Kereta Cepat Jakarta-Bandung melaju selama persiapan uji coba dinamis, di Tegalluar, Jawa Barat, Rabu (9/11/20222). Uji coba ini merupakan persiapan menuju puncak uji coba dinamis yang akan dilakukan 16 November mendatang. (Photo by TIMUR MATAHARI/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan negosiasi dengan pihak China masih terus dilakukan, terkait pembengkakan biaya atau cost overrun. Menyusul adanya perbedaan perhitungan.

"Sama China negosiasi cost overrun itu memang belum selesai betul, sedang proses negosiasi," kata Dwiyana kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Kamis (8/9/2022).

Dwiyana menjelaskan perhitungan cost overrun dari pihak China lebih kecil dari perhitungan yang dilakukan Indonesia. Hal ini disebabkan China belum mengakui adanya pajak pengadaan lahan, persinyalan Global System Mobile-Railway (GSM-R) untuk sistem perkeretaapian yang gratis di China.

"Kalau pemerintah Indonesia-kan menyampaikan pajak pengadaan lahan ya harus dibayar, GSMR ya harus dibayar. Kondisinya berbeda dengan China," katanya.

Dia menyampaikan targetnya perhitungan ini selesai pada bulan ini. Paralel dengan rencana pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) senilai Rp 3,2 triliun untuk setoran ekuitas dari konsorsium Indonesia.

"Sekarang di Kementerian Keuangan, sedang dalam proses semuanya," kata Dwiyana.

Untuk diketahui berdasarkan perhitungan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) cost overrun yang terjadi pada proyek KCJB senilai US$ 1,449 miliar atau setara Rp 22,6 triliun (Rp 15.632/US$).

Di mana, Diwana sebelumnya mengungkapkan sost overrun perhitungan China senilai US$ 980 juta atau setara RP 15,3 triliun.

""BPKP mewakili pemerintah Indonesia, China diwakili NDRC seperti Bappenas Tiongkok dia menunjuk konsultan CICC. Angka hitungan mereka sekitar US$ 980 jutaan. Ada perbedaan karena ada perbedaan cara review dan perbedaan asumsi," jelas Dwiyana.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Bos Kereta Cepat Pamer, JKT-BDG Gak Sampai Sejam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular