Internasional

5 Petunjuk Baru AS Jadi Resesi atau Tidak Tahun Depan

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 December 2022 13:00
Mary Barra, Chair and CEO of the General Motors Company (GM), speaks during the Milken Institute Global Conference in Beverly Hills, California, on May 2, 2022. (Photo by Patrick T. FALLON / AFP) (Photo by PATRICK T. FALLON/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/PATRICK T. FALLON

Jakarta, CNBC Indonesia - Bayangan hantu resesi masih terus menghantui Amerika Serikat (AS). Bahkan, beberapa menganggap bahwa negara itu akan masuk pada pertumbuhan ekonomi yang minus pada tahun depan.

CEO perusahaan besar termasuk Walmart dan General Motors bergabung dengan "Squawk Box" CNBC International. Mereka memaparkan prediksinya terkait apakah resesi akan terjadi pada tahun depan.

Berikut pemaparannya dikutip Rabu (7/12/2022):

1. Jamie Dimon, JPMorgan

CEO JPMorgan Jamie Dimon mengatakan bahwa naiknya suku bunga, rekor inflasi, tekanan geopolitik, dan faktor lainnya dapat menyatu menjadi resesi. Dimon memproyeksikan bahwa peningkatan belanja konsumen pada tahun 2022 tidak akan bertahan lama.

Ia menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan oleh kenaikan suku bunga. Ini terjadi karena bank sentral, The Fed, bekerja untuk mengekang inflasi.

Pergolakan geopolitik tahun ini, termasuk perang di Ukraina dan ketegangan perdagangan dengan China, juga termasuk di antara 'awan badai' yang diperhatikan Dimon. Saat dolar menguat, ia mencatat bahwa perdagangan internasional untuk sesuatu seperti minyak akan terus menjadi lebih mahal karena mata uang yang lemah dipaksa untuk menyesuaikan selisihnya.

"Ketika Anda melihat ke depan, hal-hal itu mungkin menggagalkan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan hingga berat yang dikhawatirkan orang. Itu bisa menjadi badai. Kami benar-benar tidak tahu," kata Dimon.

2. Mary Barra, General Motors (GM)

CEO GM Mary Barra mengantisipasi hambatan ekonomi tahun depan. Tetapi belum membunyikan alarm untuk resesi.

"Saya tidak akan menyebut resesi, itu yang harus dilakukan para ekonom. Tapi saat ini, kami masih melihat konsumen yang cukup kuat," ujarnya.

Meski begitu, pabrikan mobil tetap berhati-hati untuk bersiap menghadapi potensi jatuhnya permintaan. Ini, tambahnya, sesungguhnya mirip dengan apa yang telah dilihat industri lain.

Selama pandemi, ketika konsumen mengurangi pengeluaran untuk perjalanan dan layanan, beberapa industri mengalami peningkatan permintaan. Namun kemudian, lengah ketika permintaan tersebut tiba-tiba turun drastis.

GM sendiri, tegasnya, sedang mempersiapkan 'tahun 2023 yang cukup konservatif'. Tetapi ia mengklaim masih melihat 'permintaan terpendam' tersisa dari pandemi.

Barra juga mengharapkan masalah dari pandemi, seperti kekurangan semikonduktor dan rantai pasokan yang tegang, akan bertahan hingga 2023. Meskipun ada peningkatan setiap kuartal.

3. Doug McMillon, Walmart

CEO Walmart Doug McMillon tidak menginginkan resesi. Tetapi menurutnya hal itu mungkin saja terjadi untuk menjadi obat untuk meredakan inflasi bagi pelanggannya.

"Kami memiliki beberapa pelanggan yang lebih sadar anggaran yang telah berada di bawah tekanan inflasi selama berbulan-bulan," kata McMillon.

"Haruskah The Fed melakukan apa yang perlu dilakukan, bahkan jika itu adalah pendaratan yang jauh lebih sulit daripada yang kita inginkan? Saya pikir inflasi perlu ditangani," tambahnya.

Meskipun Walmart masih melihat pengeluaran yang kuat, McMillon melihat pengeluaran yang lebih konservatif dalam kategori tertentu. Seperti elektronik dan mainan.

4. Scott Kirby, United Airlines

CEO Scott Kirby mengatakan bahwa perusahaannya memasuki tahun depan dengan optimisme. Tetapi tahun 2023 mungkin akan melihat "resesi ringan yang disebabkan oleh The Fed".

Perjalanan bisnis menikmati pemulihan yang stabil dari keruntuhan era pandemi. Tetapi Kirby mengatakan bahwa permintaan wisatawan sedang naik, yang mungkin mengindikasikan 'perilaku pra-resesi.'

"Dan meski industri berada di 'inning kedelapan" pemulihan Covid. Kami masih berjuang melawan masalah yang tersisa dari pandemi, seperti kekurangan pilot dan mahalnya bahan bakar," ujarnya. 

"Untuk saat ini, United Airlines telah menuai keuntungan dari pekerjaan hybrid, dengan peningkatan pekerjaan jarak jauh yang memberi orang lebih banyak fleksibilitas untuk bepergian," tambahnya.

United masih mempertahankan prospek positif karena angka pendapatannya terus meningkat. Kirby mengatakan perusahaan "kembali ke margin keuntungan hampir sepanjang masa".

5. Lance Fritz, Union Pacific

CEO perusahaan pengiriman Union Pacific Lance Fritz mengatakan sebuah tanda bahwa belanja konsumen berkurang. Ke depan, ekonomi akan semakin ketat.

"Pasar perumahan jelas melambat dan pengemasan parsel jelas melambat dan kami melihatnya dalam pengiriman kertas dan parsel," katanya.

Namun Fritz menyerahkan keputusan kepada The Fed. Apakah akan terus memberi tekanan pada dompet konsumen, yang berpotensi memicu resesi 2023, untuk memperlambat inflasi.

Karena tarif terus naik, dia mengatakan pengeluaran dan permintaan pasti akan turun.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benarkah AS Segera Terjun ke Lubang Resesi? Ini Kata Ahli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular