Internasional

Astaga Naga! China Dihantam Demo, Konten Porno 'Meledak'

luc & sef, CNBC Indonesia
Selasa, 29/11/2022 16:30 WIB
Foto: Orang-orang melakukan aksi dengan memegang kertas putih untuk memprotes pembatasan penyakit coronavirus (COVID-19), saat mereka memperingati para korban kebakaran di Urumqi, ketika wabah penyakit coronavirus meningkat di Beijing, China, Minggu (27/11/2022). Warga melakukan aksi protes terhadap pelebaran aturan lockdown akibat kasus COVID-19 telah mencapai rekor tertinggi selama berhari-hari. (REUTERS/Thomas Peter)HOMAS PETER

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo yang melanda China karena lockdown Covid-19 yang berujung pada permintaan mundurnya Xi Jinping terjadi sejak pekan lalu. Beberapa kota dilaporkan sejumlah media asing dilanda protes ratusan orang, termasuk di Beijing, Shanghai hingga Wuhan.

Terbaru sebagai mana dilaporkan CNN International Selasa (29/11/2022), seiring banyaknya pencarian soal demo di media sosial (medos) termasuk Twitter, pemerintah China dan sekutu dilaporkan berupaya menenggelamkan kata-kata dan gambar terkait protes. Twitter bahkan dibanjiri spam hingga pornografi.

"Mulai akhir pekan lalu hingga Senin, penelusuran di China untuk lokasi-lokasi protes besar, termasuk Beijing, Shanghai, Nanjing, dan Guangzhou, menghasilkan gambar wanita berpakaian minim dalam pose sugestif dan fragmen kata dan kalimat yang tampaknya acak," ujar media Amerika Serikat (AS) itu.


"Banyak cuitan yang ditinjau oleh CNN pada hari Senin berasal dari akun yang dibuat beberapa bulan lalu, hampir tidak mengikuti akun lain dan tidak memiliki pengikut sendiri," tambahnya.

Perlu diketahui demo massa disulut kebakaran mematikan di provinsi Xinjiang, China Kamis pekan lalu. Sebanyak 10 orang tewas.

Pembatasan gerak dan penguncian Covid-19 yang tengah diberlakukan disebut menghambat penyelamatan korban dari kobaran api. Ini kemudian menyulut rasa frustrasi berkepanjangan atas kebijakan nol Covid di negara itu dan memicu protes yang jarang terjadi di China.

"Ini terjadi tidak hanya di sekitar Xinjiang tetapi di sekitar China saat ini," kata salah satu pendiri GreatFire.org, sebuah kelompok aktivisme digital yang berbasis di China, Charlie Smith.

"Cari kota mana pun yang mengalami peningkatan kasus Covid, atau unjuk rasa di jalan pada akhir pekan, dan Anda akan melihat hal yang sama," tambahnya.

Sebenarnya, tambah Smith lagi, situs porno dan yang berhubungan dengan seks termasuk yang pertama disensor oleh China ketika memulai tindakan keras internetnya bertahun-tahun yang lalu. Ini membuatnya percaya ini bukan karya individu 'biasa'.

"Sehingga kecil kemungkinannya bahwa tweet spam yang mengiklankan layanan seks adalah karya individu pribadi secara acak," tegasnya.

Hal sama juga dilihat direktur Observatorium Internet Stanford dan peneliti disinformasi, Alex Stamos. Ini disebutnya sebagai 'serangan disengaja untuk membuang sekam informasi dan mengurangi visibilitas eksternal soal protes di China'.

"Analisis cepat ... peningkatan signifikan dalam tweet baru-baru ini yang berisi iklan untuk pendampingan, pornografi, dan perjudian," ujarnya.

"Kami dengan cepat mendekati titik di mana setiap diskusi politik akan didominasi oleh tim berpengaruh yang terorganisir dan mengangkat topik yang lebih ringan oleh spam," jelasnya.

'Teror' Usai Demo

Sementara itu, pihak berwenang China mulai menyelidiki beberapa orang yang terlibat dalam demonstrasi besar-besaran menentang pembatasan Covid-19. Tiga orang sumber yang berada di lokasi demonstrasi mengatakan hal itu.

Ini terlihat dari kehadiran polisi yang tetap memenuhi jalan-jalan kota. Dalam satu kasus, seorang penelepon yang mengidentifikasi sebagai petugas polisi di Beijing meminta pengunjuk rasa untuk datang ke kantor polisi pada Selasa, guna menyampaikan catatan tertulis tentang kegiatan mereka pada Minggu malam.

Di kasus lain, seorang siswa juga dihubungi oleh perguruan tinggi mereka dan ditanya apakah mereka pernah berada di area tempat acara berlangsung. Jika ia, mereça pun diminta untuk memberikan laporan tertulis.

"Kami semua mati-matian menghapus riwayat obrolan kami," kata seorang pengunjuk rasa Beijing yang menolak disebutkan namanya, kepada Reuters.

"Polisi terlalu banyak. Polisi datang untuk memeriksa KTP salah satu teman saya dan kemudian membawanya pergi. Kami tidak tahu kenapa. Beberapa jam kemudian mereka melepaskannya," tambahnya.

Biro Keamanan Umum Beijing tidak segera menanggapi permintaan komentar. Kementerian Luar Negeri China juga belum berkomentar.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Supir Truk Ramai-Ramai Gelar Demo di Surabaya, Ada Apa?