
Rishi Sunak: 'Era Emas' dengan China Berakhir, Apa Artinya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan bahwa apa yang disebut sebagai "era emas" hubungan dengan China telah berakhir.
Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya, Sunak mengatakan pendekatan Inggris ke China perlu berkembang dan Beijing "secara sadar bersaing untuk mendapatkan pengaruh global dengan menggunakan semua tuas kekuatan negara".
"Mari kita perjelas, apa yang disebut 'era emas' telah berakhir, bersama dengan gagasan naif bahwa perdagangan akan mengarah pada reformasi sosial dan politik," kata Sunak, dilansir Reuters, Selasa (29/11/2022).
Adapun, beberapa orang di Partai Konservatif sempat mengkritik Sunak, menganggapnya kurang keras terhadap China dibandingkan dengan pendahulunya, Liz Truss. Tahun lalu, ketika dia menjadi menteri keuangan, dia menyerukan strategi 'bernuansa' China untuk menyeimbangkan masalah hak asasi manusia sambil memperluas hubungan ekonomi.
Namun, pertemuan yang direncanakan antara Sunak dan Presiden China Xi Jinping pada KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu gagal dan minggu lalu London melarang kamera keamanan buatan China dari gedung-gedung pemerintah yang sensitif.
"Kami menyadari China menimbulkan tantangan sistemik terhadap nilai-nilai dan kepentingan kami, tantangan yang makin akut saat bergerak menuju otoritarianisme yang lebih besar," katanya, mengacu pada pernyataan BBC bahwa salah satu jurnalisnya telah diserang oleh polisi China saat meliput protes di sana.
"Tentu saja, kita tidak bisa begitu saja mengabaikan signifikansi China dalam urusan dunia, untuk stabilitas ekonomi global atau masalah seperti perubahan iklim. AS, Kanada, Australia, Jepang, dan banyak lainnya juga memahami hal ini."
Sunak mengatakan di bawah kepemimpinannya, Inggris tidak akan memilih "status quo" dan akan menghadapi pesaing internasional tidak dengan retorika besar, tetapi dengan pragmatisme yang kuat.
Terkait perang di Ukraina, dia mengatakan pemerintah akan mempertahankan bantuan militer ke Kyiv tahun depan, mempertahankan dukungan kuat yang ditawarkan oleh mantan perdana menteri Boris Johnson dan Truss.
"Jadi jangan ragu, kami akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Kami akan mempertahankan atau meningkatkan bantuan militer kami tahun depan. Dan kami akan memberikan dukungan baru untuk pertahanan udara," katanya.
Pada September, Inggris menjadi donor militer terbesar kedua ke Ukraina setelah Amerika Serikat, memberikan 2,3 miliar poundsterling bantuan tahun ini.
Sunak mengatakan Inggris perlu mengambil pendekatan jangka panjang yang sama seperti musuh dan pesaingnya seperti Rusia dan China.
"Dalam menghadapi tantangan ini, pemikiran jangka pendek atau angan-angan tidak akan cukup. Kita tidak dapat bergantung pada argumen atau pendekatan Perang Dingin, atau sekadar sentimentalitas tentang masa lalu," tegasnya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Minggir Dulu, Inggris Mau Jatuhkan 'Bom' ke Negara Ini