
China Panas! 7 Demo Muncul hingga Minta Xi Jinping Lengser

Jakarta, CNBC Indonesia -Â China tengah memanas. Demo melibatkan ratusan orang muncul di negeri itu akhir pekan kemarin.
Ketidakpuasan ini akibat kebijakan ketat dan penguncian (lockdown) Covid-19. Frustrasi juga mendorong warga meminta kebebasan politik yang lebih besar hingga meneriakkan Presiden Xi Jinping mundur.
Namun ini bukan pertama kali terjadi di tahun ini. Berikut tujuh demo di China tahun 2022 karena aturan Covid-19.
Protes di Shanghai
Penguncian dilakukan pemerintah China ke kota Shanghai akhir Maret lalu. Penguncian berlarut-larut karena tak kunjung turunnya kasus.
Hal ini membuat protes secara sporadis muncul. Akibat penguncian, warga menderita kelangkaan, termasuk kekurangan pangan.
Pada bulan April, video berdurasi enam menit viral menggambarkan warga yang putus asa. Pengguna media sosial memposting video dalam berbagai format untuk menghindari penyensoran.
Demo di Kampus-Kampus
Demo juga terjadi lagi Mei. Ratusan mahasiswa di salah satu kampus elit, Universitas Peking di Beijing, memprotes tindakan penguncian ketat.
Protes sebenarnya jarang terjadi. Namun kemudian ini berhasil diredakan usai para pejabat setuju untuk melonggarkan beberapa pembatasan.
Akibat Covid-19, kampus-kampus di seluruh China disebut AFP telah dikunci. Pengunjung dilarang datang dan siswa tidak bisa pulang dengan mudah.
Protes Pekerja Migran Tibet
Protes karena penguncian juga terjadi di Tibet. Oktober, ratusan orang di ibu kota Lhasa, melakukan demonstrasi menentang penguncian keras yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan.
Video menunjukkan ratusan orang berbaris di jalan-jalan, menuntut agar diizinkan pulang. Mereka sebagian besar adalah pekerja migran dari etnis dari etnia Han China.
Protes Jembatan Beijing Minta Xi Jinping Mundur
Protes di bulan yang sama juga terjadi Oktober. Ini hanya beberapa hari sebelum Partai Komunis China (PKC) melakukan kongres lima tahunan untuk menunjuk sekretaris jenderal (sekjen).
Seorang pengunjuk rasa membentangkan dua spanduk yang dilukis dengan tangan dengan slogan-slogan yang mengkritik kebijakan PKC. Ini dilakukan di sisi sebuah jembatan di kota Beijing.
"Tidak ada tes Covid, saya ingin mencari nafkah. Tidak ada Revolusi Kebudayaan, saya ingin reformasi. Tidak ada penguncian, saya ingin kebebasan," tulis spanduk yang dibentangkan.
"Tidak ada pemimpin, saya ingin memilih. Tidak ada kebohongan, saya ingin martabat. Saya tidak akan menjadi budak, Saya akan menjadi warga negara," bunyi spanduk itu lagi.
Di protes yang sama, seruan mengganti Xi Jinping juga muncul. Bahkan Xi Jinping disebut diktator pengkhianat di salah satu spanduk lain
Bentrokan Guangzhou
Pada November, pengunjuk rasa di kota metropolis selatan Guangzhou bentrok dengan polisi. Ini setelah penguncian yang diberlakukan karena Covid-19 diperpanjang karena lonjakan infeksi.
Video yang beredar di media sosial dan diverifikasi oleh AFP menunjukkan ratusan orang turun ke jalan. Beberapa merobohkan penjagaan yang dimaksudkan agar penduduk yang dikurung tidak meninggalkan rumah mereka.
"Tidak ada lagi pengujian," teriak pengunjuk rasa, dengan beberapa melemparkan puing-puing ke arah polisi.
Protes Pabrik iPhone China
Protes dengan kekerasan juga meletus di pabrik iPhone terbesar di dunia, di kota Zhengzhou, provinsi Henan. Ratusan staf di pabrik milik raksasa teknologi Taiwan, Foxconn, yang meneriakkan gaji dan kondisi mereka bentrok dengan polisi anti huru-hara.
Pabrik luas dengan lebih dari 200.000 pekerja itu telah dikunci sejak Oktober setelah lonjakan Covid-19 terjadi. Karyawan dipaksa bekerja dengan mode "lingkaran tertutup" yang membuat mereka frustasi.
Protes Terbaru karena Urumqi
Demo terbaru terjadi akhir pekan ini di China. Ini dimulai dari demonstrasi ratusan orang di ibu kota regional Xinjiang, Urumqi pada akhir November.
Mreke menyerukan diakhirinya tindakan penguncian yang telah mempengaruhi wilayah tersebut selama tiga bulan terakhir.
Rekaman yang sebagian diverifikasi oleh menunjukkan warga berkumpul di luar kantor pemerintah kota pada malam hari, meneriakkan pelonggaran penguncian.
"Angkat penguncian," katanya.
Protes ini terjadi setelah kebakaran menewaskan 10 orang di blok apartemen yang tengah lockdown. Pengguna media sosial mengklaim tindakan penguncian mencegah warga meninggalkan rumah tepat waktu dan menunda akses ke layanan darurat ke kompleks.
Ini kemudian merambat ke kota-kota lain seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou dan Wuhan. Pemerintah China dilaporkan melakukan penyensoran ketat dan menangkap sejumlah orang termasuk wartawan BBCÂ Indonesia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demo Pro China, Foto Pelosi & Bendera AS Diinjak-injak