
MIND ID Pelopor Dekarbonasi di Indonesia

Turut Andil dalam Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
Pemerintah telah menetapkan target bahwa pada tahun 2025 produksi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) mencapai 400 ribu unit untuk roda empat dan 1,76 juta unit roda dua. Target produksi ini akan terus meningkat hingga pada tahun 2030 yang akan mencapai 600 ribu unit roda empat dan 2,45 juta unit roda dua.
Sasaran tersebut ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian target pemerintah untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030. Selain itu juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama produsen otomotif dunia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah tentu berupaya untuk menyusun peta jalan pengembangan kendaraan bermotor listrik Baterai (Battery Electric Vehicle). Hal ini sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020.
Bahan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) tak lepas dari hasil tambang. Baterai kendaraan listrik dapat menggunakan lithium karbonat atau lithium hidroksida. Indonesia memang tak perlu mengimpor bahan baku utama baterai EV, yakni bijih nikel.
Terlebih, Indonesia saat ini merupakan produsen bijih nikel terbesar di dunia dan 80% komponen bahan baku kendaraan listrik berasal dari bijih nikel dan Negara kita ini merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
Menurut data badan survei geologis Amerika Serikat (AS) atau US Geological Survey, produksi nikel Tanah Air mencapai 1 juta metrik ton pada 2021 atau menyumbang 37,04% nikel dunia.
Namun demikian, sisanya sebesar 20% bahan baku untuk baterai kendaraan listrik masih bergantung pada negara lain, seperti China, Chili dan Australia. Adapun bahan baku yang masih perlu diimpor tersebut salah satunya yaitu lithium.
Melihat potensi tersebut, MIND ID berencana untuk mengakuisisi tambang lithium di luar negeri guna mendukung pengembangan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) di Indonesia. Mengingat, 20% bahan baku baterai selama ini masih bergantung pada pasokan di negara lain.
MIND ID turut mempercepat menyusun peta jalan kemandirian agar tidak tergantung pada produk impor walau 20% jumlahnya. Perusahaan saat ini tengah menyusun strategi agar ketergantungan terhadap produk impor bisa ditekan seminimal mungkin. Salah satunya yakni melalui aksi korporasi dengan mengambil tambang lithium di luar negeri.
Selain opsi akusisi, MIND ID juga tengah mengupayakan pengembangan teknologi yang tidak lagi mengandalkan lithium. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi bergantung pada bahan baku impor.
Selain itu, diketahui pada September lalu, MIND ID mengadakan kunjungan ke Inggris dan menandatangani nota kesepahaman dengan Arrival Ltd, perusahaan asal Inggris yang bergerak di bidang microfactory EV sejak 2015, yang disaksikan langsung oleh Menteri BUMN, Bapak Erick Tohir.
Komitmen MIND ID dalam mewujudkan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai ini dibuktikan dengan menunjuk Indonesia Battery Company (IBC) untuk melakukan joint study dengan Arrival Ltd. Penandatanganan nota kesepahaman ini mencakup studi pasar dan kelayakan proyek untuk ekspansi bisnis kendaraan listrik, kelayakan proyek pasok aluminium dan pasok baterai untuk ekspansi bisnis EV di wilayah Asia Pasifik.
MIND ID bersama Inalum akan ditunjuk sebagai global supply chain aluminium dan MIND ID bersama IBC sebagai global supply chain battery.
