RI Jadi 'Raja' Baterai Listrik Dunia, Luhut Ungkap Waktunya..

haa, CNBC Indonesia
09 November 2022 14:55
Presiden Joko Widodo menerima Dewan Penasihat Ibu Kota Nusantara (IKN), Tony Blair, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 19 Oktober 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden RI)
Foto: Presiden Joko Widodo menerima Dewan Penasihat Ibu Kota Nusantara (IKN), Tony Blair, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 19 Oktober 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investai RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kapan waktu Indonesia akan memproduksi baterai kendaraan listrik sendiri.

"Sekarang sudah jalan, tahun 2024 kuartal 2-3 kita akan produksi baterai kita sendiri, kerjasama dengan CATL ataupun LG atau industri lain," ungkap Luhut saat ditemui di Badung, Bali, Rabu (9/11/2022).

Dalam catatan Kemenko Marves sendiri, dalam waktu dekat pemerintah akan meresmikan pabrik baterai kendaraan listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.

Selain itu, pemerintah akan menetapkan empat wilayah yang bakal menjadi pusat pabrik baterai kendaraan listrik. Selain Kawasan industri pengolahan nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Masih ada beberapa wilayah lain yang akan menjadi pusat pengembangan pabrik baterai.

Diantaranya yakni seperti PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Kemudian industri di Kabupaten Konawe, dan terakhir industri di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

"Jadi saya kira ekosistem yang akan kita bangun bukan hanya Morowali, ada di Weda Bay, Konawe ada di Pomalaa. Sekarang kita mengembangkan teknologi pengolahan bijih nikel kadar rendah," kata Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto kepada CNBC Indonesia dikutip Selasa (8/11/2022).

Lebih lanjut, Seto menyebut bahwa pipeline proyek pengolahan bijih nikel menjadi baterai di Indonesia dalam dua hingga tiga tahun mendatang nilai investasinya berkisar US$ 19 miliar. Setidaknya terdapat 18 proyek yang berjalan, itu semua diluar investasi LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).

"Jadi cukup signifikan investasi di baterainya. Nah yang menarik juga adalah ada 1 investasi di anoda, ini menarik sebenarnya kita gak punya bahan baku sama sekali. Bahan bakunya grafit, kita ga punya. Tapi dia mau masuk ke Indonesia alasannya kenapa karena dia lihat ekosistem baterai yang kita bangun sudah mulai tumbuh," ujarnya.

Seto memastikan bahwa pemerintah telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten untuk dapat dipekerjakan dalam pabrik baterai terintegrasi. Pemerintah juga telah membangun politeknik industri untuk melatih lulusan SMA lokal agar siap kerja.

"Begitu lulus langsung diserap industri. Ini merupakan upaya kita meningkatkan SDM. Jadi gak benar kita impor besar-besaran TKA saya kira enggak," kata dia.

Selain itu, pemerintah juga telah menyalurkan beasiswa kepada sekitar 35 mahasiswa untuk menempuh pendidikan S2 di China. Sehingga ketika pabrik baterai selesai, pengoperasian pabrik baterai dapat dilakukan oleh tenaga lokal.

"Sudah ada 35 orang yang disekolahkan S2 untuk kemudian dia bisa kembali bekerja dan operasikan pabrik bahan baku baterai yang teknologinya tidak banyak negara yang menguasai dan ini mereka akan mengirimkan batch 2 lagi. Jadi saya kira ini mungkin yang belum banyak diketahui, dan perlu diluruskan," katanya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bakal Jadi 'Raja' Baterai Listrik Dunia, Ini Buktinya..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular