RI Mau Jadi 'Raja', Tapi Terbentur China

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
26 July 2023 09:45
Presiden Joko Widodo secara resmi memulai tahapan pembangunan industri baterai listrik terintegrasi pada Rabu, 8 Juni 2022, di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo secara resmi memulai tahapan pembangunan industri baterai listrik terintegrasi pada Rabu, 8 Juni 2022, di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia bercita-cita ingin menjadi 'raja' baterai listrik dunia. Dengan memiliki sumber daya alam sebagai bahan baku pembuatan baterai listrik seperti nikel, tembaga, bauksit dan lainnya, Indonesia memiliki kans untuk mencapai hal itu.

Namun, ada satu 'kunci' yang tidak dimiliki oleh Indonesia untuk mengembangkan baterai listrik yakni kepemilikan bahan baku lithium. Indonesia bahkan sudah mengajak Australia sebagai negara penghasil lithium untuk bekerjasama.

Namun, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan bahwa hasil tambang berupa Lithium di Australia sebagian besarnya diekspor ke China.


Hal tersebut dikatakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto. Dia mengatakan bahwa sebesar 90% hasil lithium di Australia diekspor ke China.

Hal itu lantaran banyaknya perusahaan tambang milik China yang beroperasi di Australia.

"Jika anda lihat, perusahaan lithium di sana, mereka kebanyakan juga banyak dimiliki oleh perusahaan lithium China. Jadi perkiraan kami lebih dari 90% konsentrat lithium di Australia sebenarnya dikirim ke China," jelas Seto dalam acara "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Rabu (26/07/2023).

Padahal di lain sisi, Seto mengatakan bahwa Indonesia juga butuh pasokan lithium dari Australia. Seto menjelaskan bahwa Australia sendiri merupakan negara terdekat yang seharusnya bisa memasok lithium ke Indonesia. "Sehingga semakin sulit mendapatkan pasokan lithium ini," tambahnya.

Tidak habis akal, dia mengatakan beberapa waktu yang lalu, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sempat mendatangi Kongo, Zimbabwe untuk mendapatkan pasokan lithium dari sana. "Pilihan lain, kita bisa pergi ke Afrika tentu saja, ini sebabnya salah satu alasan perjalanan Pak Luhut baru-baru ini ke Afrika sebenarnya mendapatkan pasokan ini setelah lithium di Kongo di Zimbabwe," ucap Seto.

Pasokan lithium itu, tambah Seto, diperlukan oleh Indonesia dalam membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik dalam negeri. Namun, di Indonesia sendiri nampaknya belum ditemukan sumber lithium yang mumpuni sebagai salah satu komponen dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Sehingga, Seto mengatakan, Indonesia harus bekerja keras dalam mendapatkan pasokan lithium dari luar negeri.

"Jadi jika anda dapat melihat dari sini, rantai pasokan, menurut saya, di sisi pertambangan, satu-satunya hal yang tidak kita miliki adalah lithium. Jadi saya pikir kita perlu bekerja keras untuk mendapatkan lithium," tandasnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Pak Luhut! Produsen Baterai China Ini Bakal Masuk RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular