Kota-kota Atlantis Baru Bermunculan di Pantura, Ada Apa?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
28 October 2022 10:25
Peta banjir pantura
Foto: Peta banjir pantura

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim dan pembangunan yang semakin pesat menyebabkan tinggi muka air laut bertambah.

Akibatnya, Indonesia jadi salah satu negara yang bisa dirugikan. Sebagian besar wilayah di Pantai Utara, Jawa terancam 'hilang' bak 'Atlantis'.

Peta risiko lembaga nirlaba internasional, Climate Central menunjukkan, daerah-daerah di Pantura bisa terendam di tahun 2030 nanti. Dan, luasnya bertambah di tahun 2060.

Seiring dengan simulasi jika tinggi muka air laut mencapai 1 meter, wilayah yang hilang menjangkau pesisir pantai. Dan, kita naik jadi 2 meter, daerah yang menjauh dari pantai pun terancam 'hilang'.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri mencatat, kenaikan muka air laut akibat pemanasan global diproyeksikan mencapai 35-40 cm relatif terhadap nilai tahun 2000.

Dengan catatan, tren ini kemungkinan tidak linier tetapi dapat bersifat eksponensial jika faktor pencairan air diperhitungkan. Di mana, kenaikan muka air laut di Indonesia diprediksi dapat mencapai 175 cm pada tahun 2100.

Dikutip dari situs resmi Knowledge Centre Perubahan Iklim Indonesia (KCPI) Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, ada faktor utama pemicu kenaikan muka air laut atau sea level rise (SLR) dari aspek perubahan iklim.

Ahli Geologi Awang Haruns Satyana mengatakan, saat ini memang sedang era air laut sedang naik dipicu pemanasan global atau perubahan iklim. Diperparah banyaknya pembangunan yang berat dan eksploitasi tanah berlebihan hingga mengubah struktur tanah , seperti di Jakarta dan Semarang.

"Penurunan tanah di Jakarta bervariasi, mulai di bawah 1 cm per tahun sampai di atas 10 cm per tahun. Yang paling besar penurunan muka tanah terjadi sekitar Jakarta Utara agak ke barat. Sedangkan yang penurunan permukaan tanahnya lebih rendah itu di Selatan Jakarta," kata Awang kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (28/20/2022).

Pengamat Tata Kelola Kota dari Universitas Pakuan (Unpak) Budi Arief, mengatakan pembangunan wilayah Jawa Barat memang dimulai dari Pantai Utara sebagai wilayah pemukiman dan pusat pertumbuhan. Sedangkan wilayah Selatan Jawa untuk pertanian dan perkebunan.

"Masing-masing kota punya daya tampung lingkungan. dan ada pengaruh iklim juga. jelas seharusnya pembangunan perkotaan memang harus menerapkan buffer zone," kata Budi.

Menurutnya harus ada jarak antara wilayah pantan dan pembangunan, khususnya di wilayah Pantai Utara.

"Buffer zone ini wajib untuk wilayah sekitar pantai, sekian meter tidak boleh ada pembangunan. tapi saya lihat memang, ini belum diterapkan di sepanjang Pantura," ujarnya.

'Atlantis' di Pantura

Berdasarkan pemetaan level muka air laut, mengacu rata-rata tertinggi level muka air tinggi (mean higher high water/ MHHW line), sebagian wilayah mulai dari Cilegon, Banten sampai Surabaya di Jawa Timur, akan berada di bawah level air laut.

Jika dibandingkan level muka air 1 meter dan 2,2 meter, terjadi pertambahan luas wilayah yang berpotensi terendam atau jadi 'Atlantis'. Terutama sebagian besar wilayah di Indramayu dan sekitar Surabaya.

Dengan catatan, level muka air 2,2 meter ke atas bisa terjadi akibat kombinasi terjadinya kenaikan muka air laut, pasang surut, dan gelombang badai.

Terpantau, daerah yang rawan terendam adalah sebagian daerah di Cilegon, sepanjang pantai hingga ke Pasir Putih. Beberapa lokasi yang terancam terkena dampak diantaranya PLTU Jawa 7, Taman Nasional, juga pabrik tepung terigu

Selain itu, terlihat deteksi air bakal merendam wilayah Domas, Tanara, hingga Ketapang, sampai Kramat.

Lalu berlanjut ke Pantai Indah Kapuk, dan juga mengancam Pantai Tanjung Pasir. Dan sebagian wilayah Tangerang.

Kemudian, sebagian besar wilayah di Jawa Barat. Mulai dari Marunda, sampai Polsek Muara Gembong Bekasi, Tabebuya Begedor, hingga sampai merendam wilayah-wilayah jangkauan Sungai Citarum.

Bahkan, berlanjut menggenangi wilayah sampai ke pantai pasir putih Cilamaya, Karawang, sampai ke sebagian wilayah di Pamanukan, kemudian, Kandanghaur, sebagian besar Cangkring, sebagian besar Indramayu, Balongan sampai Gunungjati.

Kemudian, tampak pada peta, sebagian wilayah di Jawa Tengah, yaitu sebagian di Klampok, Brebes, Sigedang, Pekalongan, Kendal, Semarang, lalu sebagian besar wilayah Demak, Widung, kemudian wilayah Pati.

Dan, berlanjut ke sebagian besar wilayah Lamongan, dan juga sebagian Surabaya sampai Pasuruan.

Awang mengusulkan, untuk mengantisipasi tenggelamnya wilayah di Pantura, dibutuhkan kebijakan pencegahan dari sekarang.

"Seperti Jakarta, karena terutama dipicu banyaknya bangunan yang berat dan eksploitasi air tanah berlebihan. Bisa buat regulasi nggak boleh berlebihan. Bisa bikinkan tanggul buatan atau barikade sementara," kata Awang.

300-an Rumah Hilang

Fenomena 'Atlantis' pun 'makan korban'.

Menurut Kepala Desa Cemara Jaya di kecamatan Cibuaya ini, sudah ada sekitar 300 rumah warganya yang hilang.

"Kejadiannya sudah lama, rumah kena abrasi laut. Ini kan pantainya pasir, bukan karang, jadi banyak terjadi abrasi. Mungkin sudah 300-an rumah yang terkikis dan roboh kena abrasi," kata Rudi Cania kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (28/10/2022).

Selain itu, warga di desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang menambahkan, dulu lokasi rumah warga belum seperti sekarang, langsung di pinggir pantai.

Berdasarkan penuturan Kepala Desa dan warga, setidaknya sudah ada 200 meter pinggir pantai yang terkikis ombak.

Tampak, warga berusaha mengurangi terjangan ombak laut dan pasang dengan membuat tanggul dari karung-karung berisi pasir, dan batu-batu. Meski, diakui tak terlalu banyak membantu.

Disebutkan, dulu ada 6 dusun di wilayah ini, namun 2 dusun sudah hilang tergerus laut. Saat ini, masih ada 78 warga yang dievakuasi dan direlokasi ke wilayah yang ditetapkan pemerintah daerah setempat.

"Kami berharap bantuan dari pemerintah agar dibuatkan turap batu. Saya mohon kepada pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pusat. Agar ditolong supaya Desa Cemarajaya ini nggak terlalu kena abrasi parah," kata Rudi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanah Tenggelam Atlantis Muncul di Bekasi, Jakarta Aman?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular