Sri Mulyani Butuh Rp3.400 T untuk Tangkal Bencana Dahsyat Ini

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
28 October 2022 07:15
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Instagram/Smindrawati) Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (Instagram/Smindrawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko bencana lebih dahsyat dari pandemi tengah mengintai dunia, termasuk Indonesia. Bencana tersebut adalah perubahan iklim.

Untuk mengatasi risiko bencana ini, pemerintah telah mengambil langkah penting. Pemerintah memutuskan menaikkan target pengurangan emisi gas karbon di dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) menjadi 31,89% pada 2030.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan untuk mencapai target ini, Indonesia harus memiliki dana lebih dari Rp 3.400 triliun.

"Transisi energi menuju energi bersih jadi sangat-sangat penting untuk mencapai NDC, kebutuhan anggarannya sangat besar, ribuan triliun," jelas Sri Mulyani dalam acara webinar PT PLN, dikutip Jumat (28/10/2022).

"Nilainya US$ 280 billion (miliar) atau Rp 3.400 triliun. APBN Kita hanya Rp 3.000 triliun. Jadi, gak bisa semuanya pakai APBN. Butuh kontribusi private sector baik domestik dan internasional," kata Sri Mulyani lagi.

Dalam bahan paparan yang ditampilkan Sri Mulyani, berdasarkan biaya mitigasi akumulatif untuk mencapai target NDC 2030 sebesar 31,89% mencapai Rp 3.461 triliun. Hal tersebut berdasarkan Second Biennial Update Report KLHK pada 2018.

Komitmen Indonesia diturunkan ke dalam agenda tiap sektor, yakni kehutanan sebesar Rp 77,82 triliun, energi dan transportasi Rp 3.307,2 triliun, industrial process and product use (IPPU) sebesar Rp 40,77 triliun, limbah sebesar Rp 30,34 triliun, dan pertanian sebesar Rp 5,18 triliun.

Sementara itu, berdasarkan Roadmap NDC Mitigasi Indonesia KLHK yang dirilis pada 2020, biaya mitigasi akumulatif dari tahun 2020-2030 mencapai Rp 3.779 triliun atau sebesar Rp 343,6 triliun per tahun.

Dengan rincian, kehutanan Rp 93,28 triliun, energi dan transportasi Rp 3.500 triliun, IPPU sebesar Rp 920 miliar, limbah sebesar Rp 181,4 triliun, dan pertanian sebesar Rp 4,04 triliun.

Sri Mulyani mengungkapkan penurunan emisi gas karbon merupakan komitmen bersama oleh semua negara di dunia saat ini. Akibat emisi gas karbondioksida atau CO2 di seluruh dunia sudah terjadi sejak revolusi industri, menyebabkan dunia mengalami kenaikan temperatur.

"Konsekuensi kalau dunia makin hangat, iklim berubah secara ekstrim. Banyak dampaknya yang sungguh luar biasa. Indonesia termasuk vulnerable dengan 17.000 pulau terbanyak," kata Sri Mulyani.

"Dampak dari ekonomi sangat jelas, namun juga berdampak kepada kesehatan dan sustainability ketahanan pangan dan perekonomian," tegas mantan Kepala Bappenas tersebut.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ada Ancaman Ngeri, Ekonomi RI Bisa Nyusut Segini!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading