
Babi Bikin Pening China, Inflasi Rekor Tertinggi 2 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi China mencapai level tertinggi dua tahun pada September 2022, menurut data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) Jumat (14/10/2022). Kenaikan ini didorong oleh melonjaknya harga daging babi dan cuaca ekstrem yang melanda petani.
Sebelumnya, konsumen di China sebagian besar telah terhindar dari dampak lonjakan biaya makanan dan energi setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Namun data pada Jumat menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) China, ukuran utama untuk inflasi ritel, mencapai 2,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada September 2022, naik dari 2,5% yoy pada Agustus. Angka tersebut tertinggi sejak April 2020, saat China mengalami gelombang pertama penguncian (lockdown) Covid-19.
Realisasi itu sesuai dengan ekspektasi ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Angka ini juga terbentuk mengikuti rekor suhu di atas 40 derajat celsius, yakni rekor musim panas terpanas di China yang menyebabkan kekeringan pada Agustus.
"Dampak oleh suhu tinggi dan curah hujan yang rendah, harga sayuran segar naik 6,5% secara tahunan," kata ahli statistik senior NBS Dong Lijuan dalam sebuah pernyataan, mengutip AFP.
Sementara harga daging babi, makanan favorit negara itu, melonjak 36%. "Dengan ekspektasi bullish, beberapa peternak babi enggan menjual, dan harga terus naik," kata Dong.
Pihak berwenang China telah berulang kali mengeluarkan cadangan daging babi dalam beberapa pekan terakhir karena melonjaknya harga memicu kekhawatiran inflasi.
Sementara itu, inflasi di tingkat produsen negara itu turun menjadi 0,9%, terendah dalam lebih dari satu tahun, didukung oleh jatuhnya harga bahan baku. Angka tersebut turun dari kenaikan 2,3% pada Agustus dan terendah sejak Januari 2021.
"Pada bulan September, harga minyak mentah internasional dan komoditas curah lainnya terus menurun," pungkas Dong.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi China Agustus 2022 Melambat 2,5%, Harga Babi Turun?