Internasional

Pejabat PBB Sebut Perang & Krisis Energi sebagai 'Berkah'

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 13/10/2022 15:20 WIB
Foto: Seorang wanita bereaksi ketika dia berdiri di depan sebuah rumah yang terbakar setelah ditembaki oleh pasukan Rusia di kota Irpin, di luar Kyiv, Jumat (4/3/2022). Lebih dari 1,2 juta orang telah melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuhnya pada 24 Februari, angka PBB menunjukkan pada 4 Maret 2022. (Photo by Aris Messinis / AFP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Petteri Taalas, menganggap perang di Ukraina dapat dilihat sebagai keuntungan bagi iklim. Pasalnya, perang ini mempercepat perkembangan energi hijau pasca krisis bahan bakar yang disebabkan pertempuran ini.

Taalas menjelaskan bahwa akibat perang ini, negara Eropa memutuskan untuk menjatuhkan sanksi pada Rusia. Salah satunya langsung memukul primadona penjualan Negeri Beruang Putih itu, bahan bakar fosil.

Namun, Eropa selama ini sangatlah bergantung dari pasokan Moskow. Untuk gas, misalnya, Benua Biru sebelum perang mendapatkan lebih dari 50% kebutuhannya dari pipa yang mengalir langsung dari Rusia.


Dengan adanya embargo ini, Eropa kemudian berpikir untuk mempercepat transisi energi demi memenuhi kebutuhannya.

"Dari skala waktu lima hingga 10 tahun, jelas bahwa perang di Ukraina ini akan mempercepat konsumsi energi fosil kita, dan mempercepat transisi hijau ini," kata kepala badan PBB itu dikutip Euronews, Kamis (13/10/2022).

"Jadi kami akan berinvestasi lebih banyak dalam energi terbarukan, solusi hemat energi dan beberapa reaktor nuklir skala kecil kemungkinan akan beroperasi pada tahun 2030 sebagai bagian dari solusi. Jadi dari perspektif iklim, perang di Ukraina dapat dilihat sebagai berkah."

Taalas sendiri berbicara ketika WMO mengeluarkan laporan baru yang mengatakan pasokan listrik dari sumber energi yang lebih bersih perlu berlipat ganda dalam delapan tahun ke depan. Ini perlu dilakukan untuk mengekang peningkatan suhu global.

Ia juga menjelaskan sektor energi saat ini bertanggung jawab atas sekitar tiga perempat emisi gas rumah kaca yang memerangkap panas. Ia pun menyerukan 'transformasi total' dari sistem energi global.

Selain Taalas, berbagai pemimpin lembaga dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, sebelumnya telah menyoroti pelajaran yang bisa diambil dari krisis energi yang diakibatkan konflik tersebut. Ini akhirnya dapat mempercepat agenda iklim dengan pembangunan energi hijau yang masif.

"Selain dampak tragis manusia, konflik tersebut menggarisbawahi meningkatnya biaya kecanduan bahan bakar fosil dunia, dan kebutuhan mendesak untuk mempercepat peralihan ke energi terbarukan, untuk melindungi manusia dan planet," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

"Dalam jangka menengah dan panjang, krisis Ukraina akan membawa percepatan transisi energi karena pemerintah akhirnya menyadari bahwa menggunakan energi terbarukan tidak hanya baik untuk lingkungan, pekerjaan, PDB, tetapi juga baik untuk memastikan kemandirian energi yang lebih tinggi," tambah keterangan Kepala Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) Francesco La Camera.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Parlemen Iran Sepakat Keluar dari Badan Nuklir PBB