Mimpi Buruk Datang Lagi, Harga Beras Dunia Kompak Naik!

Maesaroh, CNBC Indonesia
10 October 2022 15:20
Pasar Induk Beras Cipinang
Foto: Ferry Sandi

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pangan Dunia (FAO) mencatat harga beras internasional merangkak naik dalam tiga bulan terakhir. Kenaikan harga sebagai dampak pembatasan ekspor India serta cuaca buruk di sejumlah negara.

Kenaikan beras ini terjadi di tengah melandainya hampir sebagian bahan pangan dunia. Indeks harga pangan FAO turun ke level 136,3 points pada September 2022, melandai dibandingkan yang tercatat pada Agustus yakni 137,9. Dengan melandai pada September maka indeks sudah menurun selama enam bulan beruntun.

Namun, penurunan indeks tidak terjadi di semua kelompok. Indeks harga minyak nabati, gula, daging, dan produk susu dan olahannya (dairy) memang turun tetapi harga biji-bijian dunia masih naik terutama beras.

FAO mencatat indeks harga beras menyentuh 110,9 pada September. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2021 atau dalam 18 bulan terakhir. Indeks juga meloncat dibanding Agustus 2022 (108,5) ataupun pada September 2021 (98,7).

"Kenaikan harga beras karena kebijakan ekspor India serta ketidakpastian produksi di sejumlah negara akibat banjir, seperti di Pakistan," tulis FAO dalam FAO Food Price Index Drops for the Sixth Consecutive Month.

Seperti diketahui, India telah melarang ekspor beras pecah sejak 9 September lalu sebagai bagian dari upaya mengendalikan harga beras domestik. India juga memungut pajak ekspor 20 % pada sejumlah varietas.

India merupakan eksportir terbesar beras di dunia dan berkontribusi 40% terhadap perdagangan beras global.  Dilansir The Economic Times, ekspor beras India pada 2021 menembus 21,5 juta ton. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan gabungan ekspor dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, banjir bandang di Pakistan menghancurkan ladang padi sehingga terancam gagal panen.  Produksi padi Pakistan diperkirakan turun menjadi 8,3 juta ton pada 2022-2023 dari 9,1 juta ton pada tahun sebelumnya.

Data FAO Food Index menunjukkan kenaikan harga beras internasional jarang terjadi. Dalam lima tahun, harga beras hanya tiga kali melonjak tajam yakni pada April-Mei 2020 dan awal tahun 2021. Kenaikan semua terjadi karena gangguan cuaca. 

Kenaikan harga beras juga masih terjadi di Indonesia. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mencatat harga beras medium kualitas I dibanderol Rp 12.200/kg pada hari ini, Senin (10/10/2022). Harganya naik 0,41% sepekan dan 1,7% sebulan.

Harga beras saat ini bahkan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2021 atau 16 bulan terakhir. Harga beras merangkak naik sejak awal Agustus dari kisaran Rp 11.800/kg ke Rp 12.200/kg seperti saat ini.
Kisaran harga beras di atas Rp 12.000 belum pernah tercatat sejak Mei 2021.

Indeks Harga BerasFoto: FAO
Indeks Harga Beras

Kenaikan harga beras ini menjadi anomali karena hampir semua bahan pangan melandai. Dalam sepekan, harga cabai rawit merah turun 6,14% menjadi Rp 60.350/kg pada hari ini sementara harga minyak goreng turun 2,02% menjadi Rp 21.800/kg. Harga daging ayam anjlok 2,34% menjadi Rp 33.350/kg, harga gula pasir premium stagnan di Rp 15.850/kg dan harga telur ayam turun  0,9% ke Rp 28.000/kg.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) PS Margo Yuwono berkali-kali mengingatkan mengenai kenaikan harga beras dan dampaknya ke inflasi Indonesia. Pasalnya, bobot beras dalam perhitungan inflasi terbilang besar yakni 3,33%.

"Meskipun kenaikannya tipis tetapi memberi pengaruh ke inflasi besar," tutur Margo, dalam konferensi pers inflasi September, Senin (3/10/2022).

Dia menjelaskan kenaikan beras pada September bukan disebabkan karena persoalan pasokan tetapi naiknya ongkos transportasi dan upah kuli panggul.

"Beras pada September ada inflasi lebih disebabkan karena meningkatnya ongkos angkut dan upah harian kuli panggul. Ini karena kenaikan transportasi naik," imbuh Margo.

Margo mengingatkan pasokan pangan perlu tetap dijaga, khususnya beras. Pasalnya, jika pasokan terganggu di tengah kenaikan ongkos transportasi maka harga semakin mahal.
Data perkembangan indeks harga perdagangan besar (IHPB) pada September juga menunjukkan beras mengalami inflasi sebesar 2,09% (mtm). Artinya, harga beras di tinggal ritel bisa meningkat lagi pada bulan ke depan.

Ketua Umum Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rina Sa'adah mengatakan adanya gangguan sentra produksi menjadi salah satu penyebab naiknya harga beras.

Dia menambahkan kenaikan harga beras juga menjadi imbas faktor musiman, fungsi alih lahan, pupuk yang mahal hingga perubahan iklim.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular