Terus Melandai, Momok Ini Tak Lagi Menyeramkan Pak Jokowi!

Maesaroh, CNBC Indonesia
01 December 2022 14:45
Pedagang menakar beras literan di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 1/11. Ekonomi Indonesia mengalami deflasi pada Oktober 2022 sekaligus angka inflasi menurun secara tahunan. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia melandai pada November 2022. Melandainya inflasi menjadi angin segar karena menjadi sinyal jika dampak kenaikan harga BBM lebih rendah dibandingkan perkiraan awal.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada November tercatat 0,09% (mont to month/mtm). Inflasi secara bulanan lebih rendah dibandingkan konsensus pasar.

Polling CNBC Indonesia dari 14 lembaga/institusi memperkirakan inflasi akan menyentuh 0,20% (mtm) pada November 2022.
Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi juga terus melandai dari 5,95% pada September menjadi 5,71% pada Oktober dan 5,42% pada November 2022.




Penyumbang utama inflasi (mtm) datang dari komoditas telur ayam ras, rokok kretek filter, dan tomat. Sementara itu, penyumbang utama inflasi tahunan di antaranya adalah komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan udara.

Dari sisi kelompok pengeluaran, inflasi (mtm) terbesar disumbang oleh kelompok inti yakni 0,15% disusul kemudian dengan harga yang diatur pemerintah (0,14%). Kelompok barang bergejolak yang didominasi bahan pangan mencatatkan deflasi 0,22%.

Dengan demikian, kelompok bahan pangan sudah mencatatkan deflasi dalam empat bulan beruntun sejak Agustus. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi Maret-Juli di mana kelompok volatile mencatatkan inflasi yang sangat tinggi.

Kendati mencatatkan deflasi, sejumlah bahan pangan masih mengalami kenaikan harga. Di antaranya adalah beras, tahu, dan tempe.


Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan harga beras sudah naik dan mengalami inflasi dalam empat bulan terakhir.

"Kenaikan harga beras dalam empat bulan terakhir dipengaruhi oleh efek musiman yaitu penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dan penyesuaian harga BBM. Sejak Juli 2022, komoditas beras terus mengalami inflasi, dengan tekanan inflasi yang semakin melemah," tutur Setianto, pada konferensi pers inflasi November, Kamis (1/12/2022).

Setianto menjelaskan produk pangan turunan kedelai mengalami kenaikan harga dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, komoditas telur ayam ras sempat mengalami penurunan pada bulan Oktober, namun mengalami kenaikan lagi pada bulan November.

Kenaikan harga beras menjadi perhatian besar pemerintah dan masyarakat mengingat beras adalah makanan utama masyarakat Indonesia dan memiliki bobot besar dalam inflasi yakni 3,33%.

Setianto menjelaskan inflasi Indonesia biasanya mencapai puncak saat terjadi kenaikan harga BBM subsidi. Seperti diketahui, pemerintah menaikkan harga BBM subsidi pada awal September 2022 lalu.

"Kalau lihat tren ya ketika pemerintah melakukan kenaikan harga, inflasi kita selalu memberikan angka yang tertinggi. Apakah ini sudah mencapai puncaknya, BPS tidak melihat ke depan tetapi di Oktober dan November melemah," ujar Setianto.

Inflasi pada September menembus 1,17% (mtm) dan 5,95% (yoy). Namun, lonjakan inflasi hanya terjadi pada bulan tersebut karena inflasi langsung melandai pada Oktober.

Pada Oktober 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan deflasi 0,11% (mtm) dan secara tahunan melandai menjadi 5,71%. Artinya, inflasi tinggi hanya terjadi pada September.

Secara historis, kenaikan harga BBM akan melambungkan inflasi melalui dampak langsung (first round effect) dan dampak lanjutan (second round effect). Dampak lanjutan kenaikan harga BBM Subsidi biasanya memicu inflasi yang lebih besar pada sebulan setelah pengumuman.

Pada tanggal 22 Juni 2013, misalnya, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi sebesar 30%. Inflasi Juni 2013 mencapai 1,02% (mtm) sementara inflasi Juli mencapai 3,29%.

Harga BBM subsidi kembali dinaikkan 18 November 2014 rata-rata dinaikkan 33,57%. Pada November 2014, inflasi tercatat 1,50% sementara pada Desember menyentuh 2,46%.


Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan inflasi Indonesia sepanjang tahun ini akan berada di kisaran 5,3%. Inflasi akan berada jauh di bawah ekspekasi awal yakni 6,5%.

"Upaya pemerintah untuk menjaga harga pangan dan melandainya harga komoditas membantu inflasi untuk bergerak secara moderat," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Namun, menurutnya, inflasi inti akan tetap merangkak naik dan diperkirakan menyentuh 3,5% (yoy) pada Desember. Inflasi inti merangkak naik sejalan dengan meningkatnya permintaan pada akhir tahun.

Irman memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada kuartal II-2023. Pada periode tersebut ada momen puasa dan Lebaran.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga memperkirakan inflasi 2022 hanya akan menyentuh 5,4 - 5,6%. Inflasi lebih rendah dibandingkan proyeksi awal Bank Mandiri yang berada di kisaran 6,27%.

Namun, Faisal mengingatkan bahwa inflasi Indonesia masih akan berada di kisaran 5-6% hingga semester I-2023/

"Inflasi masih akan tinggi paling tidak hingga semester I-2023 kemudian inflasi baru akan melandai ke kisaran 2-4%," tutur Faisal dalam MacroBrief.

Namun,inflasi inti kemungkinan masih akan meningkat karena produsen masih akan meneruskan kenaikan ongkos produksi kepada konsumen.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular