Jokowi & Luhut Bilang 2023 Gelap, Survei Sebut Lebih Parah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 September 2022 14:30
Sambutan Presiden Joko Widodo Saat Pengarahan kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda. (Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Sambutan Presiden Joko Widodo Saat Pengarahan kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda. (Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kompak mengatakan perekonomian tahun depan makin gelap.

Survei terbaru dari Reuters menyebutkan 'penderitaan' yang lebih besar bisa saja terjadi. Sebabnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) yang semakin agresif menaikkan suku bunga.

Survei tersebut The Fed akan semakin agresif menaikkan suku bunga, dan 'penderitaan' yang lebih besar akan datang.

Sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November. Kemudian, di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.

Jika sesuai prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008, atau sebelum krisis finansial global.

Kemudian di awal tahun depan, suku bunga diperkirakan naik lagi menjadi 4,5% - 4,75% atau lebih tinggi lagi.

"The Fed menegaskan komitmen mereka untuk mengendalikan inflasi apa pun yang diperlukan, meski akan menyebabkan 'penderitaan' di perekonomian," kata Justin Weidnerm ekonom di Deutsche Bank, yang memperkirakan suku bunga akan mencapai 4,75% - 5%, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (28/9/2022).

"Resesi akan memberikan 'penderitaan' dalam jangka pendek, itu lebih baik ketimbang 'penderitaan' yang panjang akibat ekspektasi inflasi yang tidak bisa dikendalikan," tambahnya.

Ketika inflasi tinggi berlangsung dalam waktu yang lama, maka risiko stagflasi akan meningkat, dan dampaknya bisa membuat kerusakan ekonomi yang lebih parah.

Sebelumnya Presiden Jokowi berulang kali mengatakan kondisi ekonomi dunia makin tidak pasti. Bahkan tahun depan Jokowi sudah mewanti-wanti bahwa kondisi dunia dalam 'awan gelap' dan akan ada bada besar yang akan menghadang.

"Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Jokowi saat Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda di JCC, Jakarta, Kamis (29/9).

Sementara itu, Luhut menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan akibat efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak bisa diprediksi kapan berakhir.

Oleh karena itu, dia mengimbau langkah terus strategis dilakukan untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi.

"Dari berbagai laporan yang kami lihat, kondisi geopolitik ini masih sangat berpengaruh dalam beberapa waktu ke depan. Dan tidak bisa dihindari, akan menekan dunia secara global," kata Luhut saat Pertemuan Presiden dengan Kementerian/ Lembaga, Kepala Daerah, BUMN, Pangdam, Kapolda, Kajati Seluruh Indonesia di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Kemudian Sri Mulyani Indrawati membagikan tiga ancaman global yang patut diperhitungkan.

Pertama adalah mengenai pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir. Banyak negara kini masih dihadapkan dengan penambahan kasus baru dan terjerat luka memar atau scaring effect pasca pandemi.

Kedua, perubahan iklim. Dia menegaskan masalah ini bukan akan terjadi di masa depan, melainkan sudah terasa saat sekarang.

Ketiga adalah perang Rusia dengan Ukraina.

"Geopolitik tension dari negara-negara yang menguasai ekonomi mayoritas dunia, AS adalah negara terbesar ekonomi, China kedua ekonominya dan Eropa region atau Rusia negara yang tidak kecil. Jadi tensi tinggi perang jelas jadi suatu ketidakpastian," kata Sri Mulyani dalam acara UOB Economic Outlook, dikutip Jumat (30/9/2022).

Keseluruhan persoalan ini, menurut Sri Mulyani, tidak hanya akan berdampak pasar keuangan. Akan tetapi juga menyasar sisi yang dibutuhkan masyarakat umum, seperti energi hingga pangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baca! Pesan Jokowi, Luhut & Sri Mulyani Soal 'Krisis Langka'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular