Terpendam 100 Tahun Lebih, Harta Karun MRT Bernilai Tinggi?

News - Emir Yanwardhana & Ferry Sandi, CNBC Indonesia
26 September 2022 06:45
Sebuah terakota yang berada di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) Foto: Sebuah terakota yang berada di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan MRT Fase 2 Bundaran HI-Ancol tengah berlangsung. Dalam proses tersebut, ditemukan peninggalan budaya Jakarta sekitar abad 18.

Menurut Arkeolog, peninggalan bersejarah itu saksi bisu peradaban Jakarta. Yakni, berupa saluran air kuno Batavia yang merupakan bagian dari sistem pasokan air bersih ke kota Batavia pada abad 18. Yang dialirkan melalui kolam air menuju benteng/kastil Batavia.

"Ini adalah satu yang krusial. Kita menemukan struktur (pengairan) 400 meter dari abad 18 yang tidak dapat ditemukan di tempat manapun di kota manapun di Indonesia," kata Arkeolog Universitas Indonesia Prof. Junus Satrio Atmodjo dikutip Senin (26/9/2022).

Total artefak yang ditemukan saat proses penggalian mencapai ribuan. Berupa pecahan keramik, potongan pipa, hingga bata dari zaman Belanda. Namun, nilainya belum diketahui.

"Kita nggak melakukan penilaian so far," kata Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (26/9/2022).

Meski demikian, Silvia menambahkan, pihaknya akan menindaklanjuti terkait nilai dari peninggalan bersejarah tersebut.

Tidak menutup kemungkinan MRT Jakarta pun bakal melakukan penelitian mengenai nilainya.

"Nanti kita tanyakan juga bagaimana menilai temuan-temuan ini," ujarnya.

Tim arkeolog membogkar terakota yang ditemukan untuk dipindahahkan saat proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)Foto: Tim arkeolog membogkar terakota yang ditemukan untuk dipindahahkan saat proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Tim arkeolog membogkar terakota yang ditemukan untuk dipindahahkan saat proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022). Menurut Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Silvia Halim pihaknya menemukan sejumlah cagar budaya berupa terakota dari jembatan, saluran air dan artefak yang selanjutnya akan dilestarikan di museum yang akan dibangun di sekitar Stasiun Kota Tua. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Berbagai penemuan tersebut sangat berpotensi bernilai tinggi, dengan usianya yang sudah ratusan tahun. Misalnya pipa terakota itu terbangun pada tahun 1750-an, di zaman VOC, pipa air dibangun pada 1920-an, hingga rel trem pada 1883-1959.

Seperti saluran air yang ditemukan saat proses pembangunan jalur MRT itu disinyalir merupakan bagian dari sistem pasokan air bersih Kota Batavia alias waterleiding pada abad 18. Saluran itu mengalirkan air bersih melalui kolam air atau water plat sampai menuju Benteng atau Kastil Batavia.

Dulunya banyak orang-orang Belanda tinggal di dalam kastil tersebut. Area kastil tersebut sekarang menjadi area Museum Fatahilah.

Jalur pipa air ini direncanakan sekitar tahun 1730, pembangunannya memakan waktu cukup lama, bahkan di 1780 pun pembangunan saluran air ini belum selesai sepenuhnya.

Di tahun 1800-an barulah saluran air bersih ini bisa digunakan secara penuh. Katanya, proses pembangunan lama dikarenakan menunggu pengiriman material langsung dari Belanda.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Tak Cuma Satu-Dua, Harta Karun Proyek MRT Ternyata Bejibun


(dce/dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading