
Putin Belum Tamat! Ini 'Senjata 'Baru Rusia buat Ukraina Bye

Jakarta, CNBC Indonesia - Berita kemenangan Ukraina di sejumlah wilayah yang dikuasai Rusia, dibalas dengan 'senjata' baru oleh pemerintah Presiden Vladimir Putin.
Wilayah-wilayah tersebut akan segera membuat referendum untuk bergabung dengan Kremlin.
Otoritas pro-Rusia di wilayah timur, Donetsk dan Lugansk, serta selatan, Kherson dan Zaporizhzhia, akan mengadakan pemungutan suara selama lima hari mulai Jumat pekan ini.
"Anggota parlemen pro-Moskow telah memilih untuk mengadakan pemungutan suara dari 23 hingga 27 September," tegas seorang pemimpin separatis di wilayah Lugansk Denis Miroshnichenko, dikutip dari AFP, Rabu (21/9/2022).
"Penggabungan wilayah Kherson ke dalam Federasi Rusia akan mengamankan wilayah kami dan memulihkan keadilan sejarah," kata epala wilayah itu, Vladimir Saldo, yang dilantik Moskow.
Wakil Rusia sendiri, mantan presiden dan perdana menteri Rusia Dmitry Medvedev, referendum akan mengoreksi kesalahan sejarah. Termasuk memperkuat pasukan Rusia.
"Perambahan ke wilayah Rusia adalah kejahatan dan jika itu dilakukan, itu memungkinkan Anda untuk menggunakan semua kekuatan yang mungkin untuk membela diri," kata wakil ketua dewan keamanan Rusia itu.
Perlu diketahui keempat wilayah tersebut merupakan garis depan serangan balasan Ukraina. Di mana pasukan Kyiv berhasil merebut kembali ratusan kota dan desa yang telah dikendalikan oleh Rusia selama berbulan-bulan.
Sementara itu, Ukraina mengatakan referendum itu palsu. Bahkan bersumpah akan "menghilangkan" ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia, dengan mengatakan pasukannya bakal makin gencar merebut kembali wilayah terlepas dari apa yang diumumkan Moskow atau proksinya.
Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Prancis mencela upaya itu. Ketiganya mengatakan masyarakat internasional tidak akan pernah mengakui hasil tersebut.
"AS tidak akan pernah mengakui klaim Rusia atas bagian Ukraina yang dicaplok," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebutnya suara "palsu" dan mengatakan mereka harus ditolak oleh komunitas internasional.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutnya "parodi", seraya mengatakan serandan Rusia mengingatkannya kembali "ke zaman imperialisme dan koloni".
Analis politik setempat Tatiana Stanovaya mengatakan pengumuman pemungutan suara adalah akibat langsung dari keberhasilan serangan balasan timur Ukraina.
Putin, katanya, ingin mengancam penggunaan penuh militer Rusia. Termasuk senjata nuklir dalam mempertahankan wilayah Rusia, apalagi yang baru dicaplok.
"Putin tidak ingin memenangkan perang ini di medan perang. Putin ingin memaksa Kyiv menyerah tanpa perlawanan," katanya lagi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Caplok 15% Ukraina, 'Senjata' Putin Diluncurkan Hari Ini