
Bukan Rusia-Ukraina! Perang Ini Pecah, Putin 'Turun Gunung'

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin berkomentar terhadap pertempuran yang pecah di Asia Tengah, melibatkan Azerbaijan dan Armenia. Ia meminta semua pihak menahan diri dan mengedepankan perundingan untuk sengketa teritorial.
Putin yang menjadi sorotan karena perang Rusia di Ukraina mengatakan sangat prihatin atas peristiwa yang terjadi. Di mana 286 orang sudah menjadi korban.
"Saya ingin menggarisbawahi bahwa setiap skenario konflik antara negara-negara yang dekat dengan kita menyebabkan keprihatinan serius bagi kami," kata pemimpin Rusia itu dalam sebuah pernyataan disiarkan televisi, Selasa (20/9/2022).
"Kami meminta semua orang untuk menahan diri... Secara ketat mengamati gencatan senjata dan dengan tegas mengikuti pernyataan tripartit dari para pemimpin Rusia, Azerbaijan dan Armenia," tambah Putin lagi dikutip AFP.
Perlu diketahui, Azerbaijan dan Armenia dulunya adalah bagian dari Uni Soviet. Keduanya terlibat pertempuran sengit pekan ini.
Akar konflik adalah wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah ini terletak di dalam Azerbaijan tetapi berada di bawah kendali etnis Armenia.
Konflik muncul pertama di tahun 1994. Etnis Armenia yang mendominasi populasi mendapat dukungan pemerintah Yerevan dan membuat marah Baku.
Pertempuran paling berdarah terjadi tahun 2020. Ini menewaskan lebih dari 6.500 orang dalam waktu kurang dari enam minggu.
Perang berakhir setelah Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, menengahi kesepakatan damai dan mengerahkan hampir 2.000 penjaga perdamaian. Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya sejak 1990-an.
Dalam konflik terbaru kali ini, kedua belah pihak saling menyalahkan atas putaran terakhir penembakan. Di mana otoritas Armenia menuduh Azerbaijan melakukan agresi tanpa alasan sementara Baku mengatakan negara mereka menanggapi serangan Yerevan.
Sementara itu, seruan Putin sendiri datang setelah Amerika Serikat (AS) mendesak perdamaian dua musuh bebuyutan tersebut. Bahkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menjamu Menlu Armenia Ararat Mirzoyan dan Menlu Azerbaijan Jeyhun Bayramov di sebuah hotel di New York City, di sela sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Blinken meminta kekerasan dihentikan beberapa hari. Menurutnya itu jalan terbaik bagi semua pihak.
"Ada jalan menuju perdamaian yang tahan lama yang menyelesaikan perbedaan melalui diplomasi," katanya.
"AS siap melakukan apa pun untuk mendukung upaya ini. Dan saya berterima kasih kepada kedua rekan saya karena berada di sini hari ini untuk melanjutkan percakapan ini," tegasnya lagi.
Pertemuan itu diadakan hanya sehari setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Armenia. Pelosi yang membuat panas China dengan Taiwan, mengutuk serangan Azerbaijan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Baru Pecah di Asia, Ratusan Orang Tewas
