Dilema EBT, Ketahanan Energi & Ketersedian Listrik Murah

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 September 2022 16:35
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhiadi Ukrina. (AFP/ED JONES)
Foto: Ilustrasi (Photo by Ashes Sitoula on Unsplash)

Hasilnya adalah biaya berdasarkan 10 ukuran di atas untuk EBT jauh lebih besar dibandingkan energi fosil. Input yang diperlukan dalam membentuk biaya kelistrikan dengan batu bara adalah 1.200 ton per Terrawatt (ton/TW).

Sementara untuk tenaga air membutuhkan 14.100 ton/TW, panel surya 16.400 to/TW, angin sebesar 10.300 ton/TW, dan panas bumi membutauhkan 5.300 material ton/TW untuk sumber kelistrikan.

Semakin besar jumlah material yang diperlukan untuk membangun sumber kelistrikan, akan berkorelasi positif terhadap biaya investasi. Oleh karena itu, juga perlu diperhatikan pengembalian energi (eROI).

eROI mengukur efisiensi energi bersih dari sistem pengumpulan energi. eROI yang lebih tinggi berarti biaya lingkungan dan ekonomi rendah sehingga dengan harga lebih rendah mampu menghasilkan utilitas lebih tinggi. Sebaliknya, eROI yang lebih rendah berarti biaya lingkungan dan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga harga yang lebih tinggi dan utilitas yang lebih rendah.

Nah, ternyata energi yang berasal dari angin dan matahari memiliki eROI yang sangat rendah atau kurang efisien dalam sistem energi bersih. Sementara energi yang paling efisien adalah nuklir, kemudian diikuti oleh air dan batu bara serta gas alam.

Dr. Euan Mearns 2016 berdasarkan Kiefer's work menjelaskan eROI dan menunjukkan bahwa kehidupan modern membutuhkan eROI minimum 5-7 sementara sebagian besar instalasi tenaga surya dan angin bergantung pada lokasi memiliki eROI yang lebih rendah dan oleh karena itu pada dasarnya energi tidak cukup untuk mendukung masyarakat pada umumnya.

Besaran Input EnergiFoto: Dr. Lars Schernikau
Besaran Input Energi

Apakah lebih baik energi fosil?

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular