
Dilema EBT, Ketahanan Energi & Ketersedian Listrik Murah

Energi yang diciptakan baik dari fosil maupun EBT banyak digunakan untuk kelistrikan. Hal ini juga yang dirasakan oleh pengguna akhir seperti industri dan masyarakat.
Laporan oleh Dr. Lars Schernikau, Prof. William Hayden Smith, Prof. Rosemary Falcon yang dipublikasikan pada Agustus 2022 menunjukkan bahwa biaya pembangunan kapasitas EBT sebagai sumber biaya listrik sangat mahal. Jumlahnya berkali-kali lipat dibandingkan dengan energi fosil.
Sistem kelistrikan akan berfungsi optimal jika permintaan mampu dipenuhi dengan daya yang cukup. Pemenuhan ini yang menciptakan biaya, yakni sumber daya dan kebutuhan yang diperlukan untuk produksi.
Penghitungan biaya ini nantinya sangat penting untuk penetapan harga dan mengukur seberapa peran pemerintah dan stakeholder untuk melakukan transisi energi. Oleh karena itu, Dr. Lars Schernikau dan lainnya merinci biaya penuh untuk kelistrikan yang dibagi menjadi 10 komponen.
Pertama, biaya pembangunan pembangkit listrik atau peralatan yang dibutuhkan untuk membangun sumber energi. Biaya ini juga sering disebut biaya investasi.
Kedua, biaya bahan bakar seperti minyak, batu bara, gas, uranium, atau angin,. Biaya ini mencakup pemrosesan, peningkatan, dan pengangkutan bahan bakar.
Ketiga, biaya operasi dan pemerliharaan peralatan pembangkit listrik atau pemrosesan listrik.
Keempat, biaya transportasi untuk menyalurkan ke pengguna akhir seperti jaringan transmisi, stasiun pengisian daya, penyeimbangan beban, dan peralatan teknologi lainnya. Termasuk biaya keamanan teknologi seperti dari serangan siber.
Kelima, biaya penyimpanan yang harus mencakup biaya pembangunan dan pengoperasian misalnya pompa air, baterai, hidrogen, dll.
Keenam, biaya teknologi backup, biaya kelistrikan termasuk redundansi jika terjadi sesuatu pada pembangkit listrik atau peralatan. Semua sistem kelistrikan yang andal dirancang secara berlebihan, biasanya sebesar kuarng lebih 20% dari permintaan daya (puncak) tertinggi.
Ketujuh, biaya lingkungan termasuk biaya (bukan pajak atau subsidi yang sewenang[1]wenang) dari semua lingkungan emisi dan non-emisi, dampak mental dari teknologi pembangkit listrik di sepanjang rantai nilai.
Biaya lingkungan juga termasuk untuk kompensasi dampak Gas Rumah Kaca dalam siklus hidup dampak mental dari teknologi pembangkit listrik di sepanjang rantai nilai.
Kedelapan, biaya daur ulang, dekomisioning, atau rehabilitasi pembangkitan tenaga listrik dan secara terpisah sebagai bagian dari butir 6. di atas, peralatan cadangan setelah masa pakainya habis.
Kesembilan, biaya tanah footprint dan energy sprawl adalah kategori biaya baru yang relevan untuk EBT dengan kepadatan energi rendah seperti angin, matahari, atau biomassa. Karena densitas energi yang rendah per meter persegi angin, matahari, atau biomassa, mengambil lebih banyak ruang secara signifikan daripada pembangkit energi konvensional.
Sepuluh, ukuran lainnya seperti: Material Input Per Unit of Service (MIPS)untuk mengukur efisiensi bahan atau sumber daya peralatan energi bangunan dalam ton bahan baku per MW kapasitas dan per MWh listrik yang dihasilkan. MIPS untuk peralatan energi dengan demikian mengukur elemen penting dari dampak lingkungan.
Kemudian, ukuran untuk mengukur berapa lama p eralatan digunakan sebelum dihentikan atau diganti. Kita perlu mempertimbangkan bahwa "penguatan kembali" atau penggantian awal yang lebih baik dari angin dan matahari secara signifikan mengurangi masa pakai yang dirancang.
Terakhir eROI untuk mengukur efisiensi jenis energi dalam membangun, mengoperasikan, dan mendaur ulang peralatan.
Perhitungan biaya tersebut tidak memasukkan unsur pajak atau subsidi yang diatur oleh Pemerintah dan bukan merupakan sebuah harga. Nantinya para stakeholder, termasuk pemerintah melakukan intervensi untuk menentukan harga yang didistribusikan ke masyarakat untuk mencapai target NZE.
Lantas apakah EBT menjadi jenis energi termurah dari segi biaya dan efisiensi?
(ras/ras)