Internasional

Inflasi di AS 'Mendarah Daging', Resesi Dunia di Depan Mata?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
14 September 2022 19:00
Jerome Powell
Foto: Jerome Powell (Tangkapan Layar via Youtube CNBC Television)

The Fed sejauh ini sudah mengeluarkan 'obat mujarabnya', menaikkan suku bunga. Bahkan ini telah dilakukan sebanyak empat kali dengan total 225 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%.

Namun nyatanya belum mampu membuat inflasi mendingin. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 67,0% sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 33%.

AS sendiri kini mengalami 'resesi teknis'. Meski pemerintah Biden menolaknya karena merujuk data tenaga kerja yang kuat, pertumbuhan ekonomi tercatat minus 0,6% di kuartal II-2022.

Laju ekonomi itu melanjutkan kontraksi pada kuartal I-2022 yang tercatat minus 1,6%. Resesi sendiri adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih selama satu tahun.

Secara resmi, NBER mendefinisikan resesi sebagai "penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan". Para ekonom biro tersebut bahkan mengaku tidak menggunakan produk domestik bruto sebagai barometer utama.

Dalam pernyataan terbarunya pekan ini, Menteri Keuangan AS Janet Yellen sendiri membenarkan adanya risiko resesi di negeri Adi Kuasa tersebut. Hal tersebut karena pertempurannya melawan inflasi dapat memperlambat ekonomi AS.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kalau The Fed Makin Agresif! Ini Sederet Dampak Buat RI

(aum/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular