
Malapetaka Ancam Eropa, Industri Mobil Listrik Bisa 'Kiamat'

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengembangan kendaraan listrik kembali dihadapkan pada tantangan berat akibat melonjaknya harga energi. Hal itu diperingatkan para pemimpin industri Jerman, pusat manufaktur otomotif di Eropa.
Kenaikan harga listrik serta biaya bahan baku dan ketersediaan menjadi penyebab. Belum lagi kekurangan suku cadang yang kronis dan penurunan pendapatan yang dapat dibelanjakan secara luas berdampak yang cukup besar pada produksi dan penjualan mobil listrik.
Jika tren ini berlanjut, dikhawatirkan juga akan terjadi dampak lanjutan terhadap investor yang kekurangan insentif dalam membangun fasilitas pengisian daya. Alhasil, mobil listrik bisa kurang diminati karena tidak praktis.
Sejatinya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah meningkatkan pesona mobil listrik di seluruh dunia. Namun, harga listrik pun nyatanya mulai terkerek baru-baru ini.
Itu akibat kurangnya pasokan gas Rusia ke Eropa. Ini membuat efisiensi ongkos bahan bakar mobil listrik kian menyempit dengan mobil konvensional.
Pemilik mobil listrik, baik yang mengisi daya di rumah maupun melalui fasilitas pengisian daya, telah merasakan kenaikan harga hingga 10% lebih. Allego, salah satu operator stasiun pengisian terbesar di Jerman misalnya, telah menaikkan harganya pada awal bulan ini dari 43 sen per kilowatt jam menjadi 47 sen.
Pengisian cepat, melalui arus kontinu, telah meningkat dari 65 sen menjadi 70 sen per kilowatt jam. Sedangkan pengisian tercepat, yang disebut pengisian daya ultra cepat, telah meningkat dari 68 sen menjadi 75 sen per kilowatt jam.
Sejumlah supermarket dan toko furnitur yang hingga saat ini menawarkan pelanggan pengisian gratis saat mereka berbelanja sekarang mulai memasang tarif. Tak ada hal gratis lagi.
Menurut ekonom otomotif Stefan Bratzel, perkembangan tersebut merupakan ancaman langsung bagi industri. Ia memperingatkan industri berhati-hati.
"Ledakan harga listrik bisa menjadi bahaya akut bagi transisi kendaraan, dan kita harus sangat berhati-hati tentang itu," katanya kepada media Jerman, dikutip dari The Guardian, Senin (12/9/2022).
"Jika mobil listrik menjadi lebih mahal untuk digunakan, lonjakan mobilitas listrik terancam runtuh, karena hampir tidak ada orang yang akan membeli mobil listrik," kata Bratzel, yang juga pendiri Center for Automotive Management (CAM).
Dia dan pendukung mobil listrik lainnya sekarang meminta pemerintah Jerman untuk memastikan bahwa harga listrik tetap di bawah harga bensin. Menurut mereka sangat penting untuk masa depan mobil listrik.
"Mobil listrik kehilangan daya tariknya," tutur direktur Pusat Penelitian Otomotif yang berbasis di Duisburg, dalam tulisannya kepada harian ekonomi Handelsblatt, Helena Wisbert.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, salah satu usulan yang relatif cepat bisa diterapkan adalah menaikkan pajak kendaraan bermotor diesel dan mobil bensin.
Saat ini, mobil listrik tidak memenuhi syarat untuk pajak kendaraan. Mereka juga dapat menggunakan jalur bus dan tempat parkir yang tidak tersedia untuk mobil non-listrik.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Jadi Juru Selamat "Kiamat" Ini di Malaysia, Nih Buktinya