Internasional

Inggris sedang Krisis, Pemakaman Elizabeth sampai Miliaran

Maesaroh, CNBC Indonesia
12 September 2022 12:05
Mobil jenazah yang membawa peti mati Ratu Elizabeth Inggris meninggalkan Kastil Balmoral, di Balmoral, Skotlandia, Inggris ke Istana Holyroodhouse di Edinburgh
Foto: Mobil jenazah membawa peti mati Ratu Elizabeth II yang ditutupi Standar Kerajaan untuk Skotlandia dan karangan bunga meninggalkan Kastil Balmoral, di Balmoral, Skotlandia, Inggris, Minggu (11/9/2022). Peti mati ratu akan dibawa sejauh 290 km melalui jalan darat dari perkebunan terpencil ke Istana Holyroodhouse di Edinburgh. (Photo by Owen Humphreys/PA Images via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ratu Elizabeth II rencananya akan dimakamkan di Gereja Westminster Abbey pada 19 September 2022. Prosesi pemakaman yang berlangsung selama 10 hari tersebut diperkirakan memakan anggaran jutaan poundsterling.

Hingga kini belum ada keterangan resmi berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah Inggris untuk menggelar pemakaman. Namun, sejumlah pihak sudah meminta agar Kerajaan Inggris menunjukkan simpatinya dengan menekan biaya pemakaman.

Pasalnya, masyarakat Inggris tengah bergulat dengan melonjaknya biaya hidup. Ini akibat kenaikan harga energi dan pangan.

"Kita tengah menghadapi krisis biaya hidup yang sangat masif. Yang diinginkan masyarakat saat ini adalah keluarga kerajaan bisa memahami itu dan tindakan mencermin mereka hal tersebut," tutur Andrew Roberts, ahli sejarah dari King's College London, dikutip dari CNBC International.

Sebagai catatan, anggota keluarga Kerajaan Inggris terakhir yang meninggal adalah Duke of Edinburgh Prince Philip pada April 2021. Namun, karena pemakaman digelar dengan protokol kesehatan yang ketat maka biaya pemakamannya diperkirakan tidak terlalu besar.

Sebagai perbandingan, pemakaman Ibu Suri pada 2002 dilaporkan mencapai US$ 9 juta. Ini setara dengan US$12 juta atau sekitar Rp 178 miliar (kurs US$1=Rp 14.828) jika dihitung dengan biaya saat ini.

Pemakaman Putri Diana juga memakan dana jutaan. Ia adalah ibunda Putra Mahkota Pangeran William tersebut meninggal pada 1997.

Pemakaman Putri Diana yang disiarkan langsung oleh TV dan ditonton jutaan manusia tersebut memakan anggaran sekitar US$ 11,8 juta (Rp 175 miliar) dengan perhitungan biaya saat ini. Biaya tinggi untuk pemakaman keluarga Kerajaan Inggris paling banyak tersedot untuk pengamanan.

Untuk pemakaman Ratu Elizabeth, undangan yang akan hadir diperkirakan mencapai 2.000. Mulai dari anggota kerajaan dari berbahai penjuru dunia, tokoh penting, hingga kepala negara.

"Prosesi pemakanan akan menjadi operasi pengamanan yang sangat luar biasa besar dan memakan biaya jutaan. Tingkat pengamanan akan lebih ketat dibandingkan upacara pernikahan anggota kerajaan dan Olimpiade 2012," tutur mantan kepala pengamanan keluarga kerajaan Inggris Dai Davies, dikutip dari Daily Mail.

Biaya mahal untuk pemakaman tokoh penting tidak hanya berlaku untuk keluarga kerajaan. Pemakaman Presiden John F Kennedy hingga King of Pop Michael Jackson, juga memakan biaya yang besar.

Pemakaman Presiden Kennedy pada 1963 memakan biaya sekitar US$ 15 juta (Rp 222,42 miliar) sementara Michael Jackson sekitar US$ 1 juta (Rp 14,8 miliar). Pemerintah Jepang juga mengalokasikan anggaran hingga US$ 12 juta atau sekitar Rp 178 miliar untuk pemakaman mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada 27 September mendatang.

Halaman 2>>

Inggris seperti halnya negara Eropa lain tengah didera persoalan ekonomi bertubi-tubi mulai dari lonjakan inflasi hingga ancaman resesi. Mata uang pounsterling bahkan menyentuh level terendahnya dalam 37 tahun terakhir pada Rabu pekan lalu.

Inflasi Inggris menembus 10,1% pada Juli (year on year) yang merupakan level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Inflasi The Three Lions diperkirakan melambung 13,1% pada Oktober mendatang.

Ekonomi Inggris terkontraksi 0,1% (quarter to quarter/qtq) pada April-Juni 2022. Padahal tumbuh positif pada tiga kuartal sebelumnya.

Inggris jarang sekali mencatatkan inflasi hingga double digit. Dalam 70 tahun terakhir, itu hanya tiga kali terjadi yakni periode Perang Korea pada 1951-1952, saat terjadi lonjakan harga minyak pada 1973-1977 dan periode 1979-1982.

Lonjakan inflasi Inggris utamanya disebabkan lonjakan harga energi setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022. Dalam 12 bulan terakhir, harga listrik sudah meroket 54% sementara harag gas melonjak 95,7%.

Harga energi yang dibayar rumah tangga Inggris saat ini berkisar 1.277- 1.971 poundsterling setahun atau sekitar Rp 22,6 -Rp 34,89 juta (kurs 1 poundsterling=Rp 17.7-3).

Analis industri energi Cornwall Insight memperkirakan rata-rata harga energi Inggris akan naik menjadi 3.582 poundsterling (Rp 63,41 juta) pada Oktober mendatang. Perkiraan tersebut 200 poundsterling lebih mahal dibandingkan proyeksi awal.

Harga energi pada Januari 2023 akan melonjak menjadi 4.266 poundsterling atau sekitar Rp 75,52 juta.

Kenaikan harga energi ini tentu saja akan semakin membebani masyarakat Inggris. Kantor statistik Inggris mencatat rata-rata pendapatan riil masyarakat Inggris jatuh 3%, penurunan terbesar dalam 20 tahun terakhir.

Dilansir dari The Guardian, masyarakat Inggris kini banyak yang berjuang keras karena lonjakan harga. Mereka mulai beralih ke produk yang lebih terjangkau untuk produk harian seperti keju, susu, dan roti.

"Situasi konsumen Inggris saat ini benar-benar menyedihkan. Mereka mendapat tekanan dari berbagai penjuru sementara gaji tidak naik secepat inflasi," tutur ekonom Berenberg, Kallum Pickering.

 TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular