INTERNASIONAL

Inggris sedang Krisis, Pemakaman Elizabeth sampai Miliaran

Maesaroh, CNBC Indonesia
12 September 2022 12:05
Upacara Proklamasi Raja baru Inggris Raja Charles III
Foto: Anggota masyarakat dan peserta berkumpul sebelum upacara pembacaan Proklamasi Raja baru Inggris setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II di Royal Exchange di Kota London, Sabtu (10/9/2022). Raja Charles III telah resmi diumumkan sebagai Raja Inggris dalam sebuah upacara yang sarat dengan tradisi kuno dan untuk pertama kalinya, disiarkan secara langsung. (Alberto Pezzali/Pool via REUTERS)

Inggris seperti halnya negara Eropa lain tengah didera persoalan ekonomi bertubi-tubi mulai dari lonjakan inflasi hingga ancaman resesi. Mata uang pounsterling bahkan menyentuh level terendahnya dalam 37 tahun terakhir pada Rabu pekan lalu.

Inflasi Inggris menembus 10,1% pada Juli (year on year) yang merupakan level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Inflasi The Three Lions diperkirakan melambung 13,1% pada Oktober mendatang.

Ekonomi Inggris terkontraksi 0,1% (quarter to quarter/qtq) pada April-Juni 2022. Padahal tumbuh positif pada tiga kuartal sebelumnya.

Inggris jarang sekali mencatatkan inflasi hingga double digit. Dalam 70 tahun terakhir, itu hanya tiga kali terjadi yakni periode Perang Korea pada 1951-1952, saat terjadi lonjakan harga minyak pada 1973-1977 dan periode 1979-1982.

Lonjakan inflasi Inggris utamanya disebabkan lonjakan harga energi setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022. Dalam 12 bulan terakhir, harga listrik sudah meroket 54% sementara harag gas melonjak 95,7%.

Harga energi yang dibayar rumah tangga Inggris saat ini berkisar 1.277- 1.971 poundsterling setahun atau sekitar Rp 22,6 -Rp 34,89 juta (kurs 1 poundsterling=Rp 17.7-3).

Analis industri energi Cornwall Insight memperkirakan rata-rata harga energi Inggris akan naik menjadi 3.582 poundsterling (Rp 63,41 juta) pada Oktober mendatang. Perkiraan tersebut 200 poundsterling lebih mahal dibandingkan proyeksi awal.

Harga energi pada Januari 2023 akan melonjak menjadi 4.266 poundsterling atau sekitar Rp 75,52 juta.

Kenaikan harga energi ini tentu saja akan semakin membebani masyarakat Inggris. Kantor statistik Inggris mencatat rata-rata pendapatan riil masyarakat Inggris jatuh 3%, penurunan terbesar dalam 20 tahun terakhir.

Dilansir dari The Guardian, masyarakat Inggris kini banyak yang berjuang keras karena lonjakan harga. Mereka mulai beralih ke produk yang lebih terjangkau untuk produk harian seperti keju, susu, dan roti.

"Situasi konsumen Inggris saat ini benar-benar menyedihkan. Mereka mendapat tekanan dari berbagai penjuru sementara gaji tidak naik secepat inflasi," tutur ekonom Berenberg, Kallum Pickering.

 TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

(mae/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular