G20 DMM 2022

Perang & 3 Krisis Global Mencuat di Forum G20, Seperti Apa?

luc, CNBC Indonesia
07 September 2022 13:20
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa (ketiga kiri) dan Menteri Kerja Sama Pembangunan dan Kerja Sama Nordik Denmark Flemming Møller Mortensen (ketiga kanan) dalam G20 Development Ministerial Meeting 2022 Side Event di Belitung, Rabu (7/9/2022).
Foto: CNBC Indonesia/Lucky Leonard Leatemia

Belitung, CNBC Indonesia - Krisis global dan perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu 'menu pembuka' dalam G20 Development Ministerial Meeting 2022 di Belitung.

Hal itu menjadi sorotan Menteri Kerja Sama Pembangunan dan Kerja Sama Nordik Denmark Flemming Møller Mortensen yang hadir sebagai salah satu delegasi dalam forum tersebut.

"Kita mungkin bertemu di sini hari ini karena dunia sedang menghadapi tiga krisis global; pangan, energi, dan pembiayaan. Kita juga masih bisa merasakan efek dari pandemi Covid-19," tuturnya kala menyampaikan sambutan dalam side event pertama forum tersebut dengan agenda "The Development of Indonesia's Blue Economy Roadmap", Rabu (7/9/2022).

Menurutnya, krisis tersebut turut diperparah oleh perang yang terjadi di Ukraina akibat serangan Rusia ke negara tersebut. Dia pun menyebut perang tersebut tidak adil.

"Perang yang tidak adil di Ukraina telah secara dramatis meningkatkan harga energi dan makanan, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia," ujarnya.

Tak hanya itu, Mortensen juga menyoroti guncangan keuangan di sejumlah negara yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi sosial. Hal itu termasuk inflasi tinggi yang telah memaksa banyak negara menaikkan suku bunganya.

"Kami melihat ketidakstabilan keuangan, inflasi, dan peningkatan angka kematian dan kami menghadapi kerusuhan sosial. Seperti biasa, yang paling miskin dan paling rentan terkena dampak paling parah," katanya.

Dia pun mengungkapkan sejumlah krisis tersebut telah menjadi perhatian Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akhirnya membentuk grup respons krisis global. Adapun, Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen sebagai andalan dalam kelompok tersebut.

"Satu kesimpulan dari kelompok krisis ini adalah minat yang jelas untuk mempercepat transisi energi di seluruh dunia yang sudah sangat mendesak," tuturnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan Negara Barat Mau Walk-Out di Pertemuan G20

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular