Selalu Panas Jelang BBM Naik, Era Soeharto Makan Korban Jiwa

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 01/09/2022 15:45 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina, kawasan Karang Tengah Raya, Lb. Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2022) malam. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga BBM selalu menjadi isu panas di Indonesia. Tidak hanya mengundang protes keras dan demonstrasi, kenaikan harga BBM pernah memakan korban jiwa di era Presiden Soeharto.

Indonesia memberlakukan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sejak 1962 ketika masih berstatus net-eksportir dan tergabung dalam anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Selama puluhan tahun, persoalan subsidi BBM selalu menjadi perdebatan. BBM bukan lagi menjadi persoalan ekonomi semata tetapi juga komoditas politik.


Pada era Orde Baru, Presiden Soeharto pernah beberapa kali menaikkan harga BBM, di antaranya pada 1979,1982, 1991, 1993, dan 1998.

Dilansir dari Jurnal Ekonomi Pembangunan pada Desember 2013 berjudul Pengaruh Harga BBM terhadap Tingkat Inflasi pada April 1979 pemerintah menetapkan harga Premium dan Solar masing-masing menjadi Rp 100 per liter dan Rp 35 per liter. Bila dibandingkan dengan harga kedua komoditi itu pada bulan April 1975, maka masing-masing meningkat sebesar 75,43% dan 59,09%.

Harga BBM pada Mei 1980 juga kembali dinaikkan sekitar 50%. Pada 1991, harga BBM naik dari Rp 150 menjadi Rp 550 per liter. Harga BBM Premium kembali naik pada 1993 menjadi Rp 700 per liter.



Pada periode Orde Baru, kenaikan harga BBM diumumkan pada malam hari sebelum harga baru resmi berlaku keesokan harinya. Berbeda pada tahun-tahun sebelumnya, kenaikan harga BBM yang terjadi pada Mei 1998 menimbulkan protes keras dari mahasiswa.  Pada 4 Mei 1998, pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 71,4% untuk Premium dan 57,89% untuk Solar.

Kenaikan tersebut mengikuti saran Dana Moneter Internasional (IMF) yang memberikan utang ke Indonesia. Kenaikan harga BBM diprotes karena dianggap semakin membebani derita masyarakat Indonesia yang saat itu tengah dihantam Krisis Moneter.

Pada 12 Mei 1998, aksi protes mahasiswa yang menentang BBM berakhir rusuh. Empat mahasiswa Universitas Trisakti bahkan tertembak dalam aksi tersebut. Kejadian tersebut langsung menyulut kerusuhan masal hingga jatuhnya kepemimpinan Soeharto.

Di awall Era Reformasi, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri juga pernah menaikkan harga BBM. Gus Dur menaikkan harga BBM pada Oktober 2000 dan Juni 2001 sementara Megawati menaikkan dua kali yakni pada Maret 2002 dan Januari 2003.

Rencana kenaikan selalu disertai dengan aksi demo mahasiswa hingga pengemudi angkutan umum dan masyarakat. Tidak hanya di Jakarta, aksi demo bahkan tersebar di beberapa wilayah.

Pada Maret 2001, Gus Dur bahka sempat menunda kenaikan harga BBM karena kondisi politik dan ekonomi yang tidak memungkinkan. Keputusan diambil setelah aksi demo terus meluas.


(mae/mae)
Pages