Jangan Happy Dulu Agustus Deflasi, Ancaman Besar Segera Tiba!
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia melandai pada Agustus tetapi angin segar diperkirakan tidak berlangsung lama. Inflasi tinggi masih mengancam Indonesia ke depan terutama karena kebijakan BBM subsidi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus melandai atau mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (month on month/MoM). Deflasi tersebut merupakan yang terdalam sejak September 2019 yang tercatat sebesar -0,27%.
Deflasi pada Agustus menjadi kabar baik setelah IHK melambung signifikan pada periode Maret-Juli tahun ini.
Namun, secara tahunan (year on year/yoy), pada Agustus masih terjadi inflasi tinggi yakni 4,69%. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94%. Namun, inflasi tahunan pada Agustus masih yang tertinggi sejak November 2015 (4,89%).
Deflasi yang terjadi pada Agustus jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus pasar ataupun proyeksi Bank Indonesia. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan terjadi deflasi 0,11 (mtm) sementara inflasi tahunan ada di angka 4,83 (yoy).
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI pada minggu IV Agustus 2022 diperkirakan akan terjadi deflasi sebesar 0,13% (mtm) pada Agustus.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan deflasi pada Agustus ditopang oleh membaiknya pasokan komoditas pangan sehingga sebagian besar harga komoditas pangan turun.
Pada Agustus tahun ini, komponen harga bergejolak atau volatile mencatatkan deflasi sebesar 2,90% (mtm). Deflasi tersebut adalah yang terdalam sejak September 2013 (-3,38%) atau hampir sembilan tahun lalu.
Deflasi pada kelompok makanan pada Agustus tahun ini juga berbanding terbalik dengan catatan lima bulan sebelumnya.
Sepanjang Maret-Juli, kelompok volatile menjadi penyumbang utama inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng, cabai rawit merah, hingga telur ayam ras.
Pada Maret, inflasi pada kelompok volatile menembus 1,99% (mtm) kemudian melonjak menjadi 2,3% pada April, 0,94% pada Mei, 2,51% pada Juni, dan 1,41% pada Juli.
Secara tahunan, inflasi kelompok volatile mencapai 8,93%, jauh melandai dibandingkan pada Juli 2022 yang tercatat 11,47%. Namun, level tersebut lebih tinggi dibandingkan yang ditargetkan BI dan pemerintah (5-6%).
Pada kelompok pangan, sejumlah komoditas yang mendorong deflasi adalah bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, tomat, ikan segar, jeruk, bawang putih, kacang panjang, ketimun, dan buncis.
Sementara komoditas yang masih menyumbang inflasi adalah telur ayam ras, beras, rokok kretek filter dan air kemasan.
Sebaliknya, komponen inti dan harga diatur pemerintah masih mencatatkan inflasi pada Agustus. Inflasi harga diatur pemerintah pada Agustus mencapai 0,33 %( mtm) dan 6,84% (yoy).
Inflasi dipicu oleh kenaikan harga subsidi BBM non subsidi. Seperti diketahui, PT Pertamina kembali menaikkan harga tiga BBM non-subsidi pada awal Agustus yakni Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.
(mae/mae)