
Gara-Gara BBM Naik, Inflasi RI Bisa Meroket Kaya di AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan skenario kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar Subsidi sebesar 30%-40%, inflasi di dalam negeri berisiko tembus hingga 7%. Jika terjadi, inflasi Indonesia akan mendekati laju Indeks Harga Konsumen (IHK) di Amerika Serikat yang mengalami inflasi 8.5% pada Juli lalu.
Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz mengungkapkan jika ada kenaikan harga BBM subsidi pada September ini, maka inflasi akan kembali naik hingga akhir tahun.
"Jika dengan skenario yang beredar sekarang, dimana Solar ke Rp 8.000 dan Pertalite ke Rp 10.000, ada potensi inflasi bisa ke 6% - 7% di akhir tahun," papar Irman kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/8/2022).
Hal serupa juga disampaikan oleh Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dalam catatannya mengenai inflasi. Dia memperkirakan inflasi pada semester 2-2022 berisiko mengalami kenaikan akibat perubahan harga bahan bakar.
"Kami berekspektasi inflasi akan terus naik di semester II-2022 di tengah perbaikan permintaan (demand-pull inflation), ditambah dengan tingginya harga bahan pangan dan energi (cost-push inflation)," ujarnya, Selasa (31/8/2022).
Menurutnya, inflasi yang tinggi masih bertahan dan meningkat ke depannya, bahkan setelah pemerintah memberikan sinyal untuk menaikkan harga BBM Pertalite dan Solar.
Faisal menambahkan dampak dari kenaikan harga BBM tersebut diperkirakan akan menonjol. "Tidak hanya memiliki dampak putaran pertama pada inflasi harga yang diatur, tetapi juga dampak putaran kedua pada transportasi serta barang dan jasa lainnya," katanya.
Kondisi ini akan mendorong inflasi utama dan inti secara signifikan setelah penyesuaian harga dieksekusi pemerintah.
Perhitungan Bank Mandiri menunjukkan bahwa jika harga Pertalite dinaikkan dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, maka inflasi sebesar akan naik sebesar 0,83 persentase poin (ppt) dan berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar -0,17 ppt.
Apalagi jika harga Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, maka kontribusi kenaikan inflasinya sekitar 0,33 ppt dan berpotensi menurunkan pertumbuhan sebesar -0,07 ppt.
Dengan demikian, Faisal mengungkapkan Bank Mandiri memperkirakan tahun ini dapat tembus ke kisaran 6%.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga BBM Segera Naik, Apa Kabar Inflasi?