Internasional

Ekonomi Jerman Melambat, "Hantu" Resesi Masih Mengintai

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
26 August 2022 07:00
Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Foto: Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Jerman dilaporkan masih tumbuh terbatas, bahkan melambat, pada kuartal II-2022. Kondisi ini seiring dengan kenaikan harga energi dan gangguan rantai pasokan akibat dampak dari perang Rusia dengan Ukraina yang tak kunjung mereda.

Berdasarkan data yang dirilis Kantor Statistik Federal, Kamis (25/8/2022), PDB Jerman pada kuartal II-2022 tumbuh sebesar 1,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 1,4%. Pertumbuhan itu melambat dibandingkan dengan kuartal I-2022 sebesar 3,6% yoy.

Sementara itu, pertumbuhan PDB kuartal II/2022 secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) tercatat sebesar 0,1%. Angka tersebut melambat dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 0,8%, namun lebih tinggi dari konsensus dan perhitungan awal sebesar 0% atau stagnan.

Adapun, pertumbuhan itu ditopang oleh pengeluaran rumah tangga dan pemerintah. Pengeluaran rumah tangga naik 0,6% karena konsumen ingin mengambil kesempatan untuk bepergian setelah pembatasan kegiatan karena Covid-19 dilonggarkan. Bahkan, hal itu dilakukan di tengah harga energi yang melambung.

Sementara itu, pengeluaran pemerintah naik 2,3% serta investasi mesin dan peralatan naik 1,1%.

Selain itu, meskipun ada gangguan dalam rantai pasokan di seluruh dunia, ekspor barang dan jasa naik 0,3% dan impor melonjak jauh lebih cepat 1,6%. Di sisi produksi, pencabutan pembatasan Covid-19 menyebabkan kenaikan di sebagian besar cabang jasa sementara terjadi penurunan di sektor manufaktur dan konstruksi.

Adapun, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini tengah dilanda oleh ketidakpastian yang tinggi, terutama dari sisi eksternal. Enam bulan serangan Rusia ke Ukraina dan rentetan sanksi Barat serta pembalasan, disebut kian jelas meningkatkan kerusakan ekonomi di benua itu.

Sejak perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari lalu telah memicu lonjakan harga energi serta gangguan rantai pasokan. Belum lagi pandemi Covid-19 yang terus menjadi momok bagi Jerman yang membuat perekonomian negara ini tertekan.

Ekonomi Jerman sebelumnya diramalkan akan mengalami gangguan yang cukup banyak di tahun ini. Apalagi Rusia telah memotong pasokan gasnya kepada Berlin yang cukup bergantung pada Moskow. Inflasi Jerman pada Juli 2022 tercatat sebesar 7,5% yoy. Angka ini tercatat turun dari bulan sebelumnya tetapi masih dalam tren yang tinggi.

Tekanan inflasi tersebut masih akan terus berlanjut, BoE sendiri memprediksi inflasi akan mencapai puncaknya sebesar 13,3% pada Oktober nanti. 

Inflasi yang tinggi menggerus daya beli masyarakat, sementara suku bunga yang tinggi akan menunda ekspansi dunia usaha. Alhasil, perekonomian akan menjadi gelap.

Jerman juga diprediksi mengalami hal yang sama. Presiden Bundesbank, Joachim Nagel, memprediksi inflasi akan menembus dobel digit dan ke level tertinggi dalam 70 tahun terakhir. Inflasi di Jerman sendiri pada bulan Juli tercatat sebesar 7,5% yang merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, sementara di zona euro sebesar 8,9% yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Meski demikian, Nagel mengatakan suku bunga harus terus dinaikkan meski risiko resesi makin besar.

Apalagi harga listrik di Jerman mencatat rekor tertinggi sepanjang masa, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya, harga gas yang meroket 10 kali lipat.

Pekerjaan pemeliharaan pipa Nord Stream 1 ini cukup membuat Eropa ketar-ketir karena selama masa perbaikan aliran gas dari pipa Nord Stream 1 yang dikelola Gazprom akan dihentikan selama 3 hari dari 31 Agustus hingga 2 September.

Pada Senin (22/8/2022) harga gas Eropa acuan Belanda tercatat pada rekor tertinggi Euro 278/megawatt hour, naik 22% dibandingkan hari sebelumnya. Meskipun pada Selasa (23/8/2022) harga gas mencatatkan penurunan ke Euro 2260/megawatt hour yang masih pada level yang tinggi.

Lonjakan harga yang terjadi tentunya mendorong tagihan rumah tangga, mendorong inflasi ke level tertinggi dalam beberapa dekade dan menekan daya beli masyarakat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular