
Poros Moskow-Beijing Mesra, Jakarta Perlu Merapat?

Kemesraan Rusia-China memunculkan romantisme. Dulu, pada masa Perang Dingin, hubungan keduanya begitu erat karena sama-sama menganut paham komunisme. Soal perbedaan antara Leninisme dan Maoisme kita kesampingkan dulu, yang jelas sama-sama meyakini ajaran Karl Marx.
Kini, cinta lama itu bersemi kembali. Kemesraan hubungan tersebut seakan menghidupkan kembali memori masa lalu, kala Poros Moskow-Beijing terbentuk kala Perang Dingin.
Dibandingkan dulu, Poros Moskow-Beijing yang sekarang lebih mengerikan. Pada masa Perang Dingin, China belum jadi apa-apa. Sekarang, Negeri Tirai Bambu adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia.
Pada 2021, Produk Domestik Bruto (PDB) China bernilai US$ 17,73 triliun. Sedangkan PDB Rusia ada di US$ 1,78 triliun. Jadi kalau digabungkan maka nilainya mencapai US$ 19,51 triliun.
Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.851 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 24 Agustus 2022, maka US$ 19,51 triliun bernilai Rp 289.743 triliun. Wow...
Kedua negara juga mampu menjadi basis produksi maupun konsumsi dunia. Menurut catatan Statista, China adalah negara dengan produksi manufaktur terbesar dunia. Produk manufaktur China mencakup 28,7% dari produksi dunia.
![]() |
Di sisi konsumsi, kedua negara memiliki populasi yang besar. Populasi China mencapai 1,44 miliar jiwa sedangkan Rusia 146,07 juta.
Total populasi kedua negara adalah 1,59 miliar jiwa. Dengan populasi dunia yang sekitar 8 miliar jiwa, maka jumlah penduduk China dan Rusia menyumbang hampir 20%. Sebuah pasar yang sangat menjanjikan.
So, bagaimana posisi Indonesia? Apakah Poros Jakarta-Peking-Moskow pada masa Orde Lama layak untuk dihidupkan kembali?
Well, sampai saat ini Indonesia masih menganut politik luar negeri bebas-aktif. Indonesia tidak merapat ke blok manapun. Tidak ke Timur, tidak juga ke Barat.
Sejauh ini hubungan Indonesia dengan AS, Rusia, hingga China terjaga dengan baik. Indonesia tidak ikut-ikutan menjatuhkan sanksi kepada Rusia, dan mencoba menjadi juru damai dalam konflik Rusia-Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]