Internasional
Begini Derita Warga China di Tengah Cuaca "Neraka"

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang panas yang menghantam China telah berdampak pada pola hidup masyarakat negara tersebut. Lebih dari itu, kegiatan ekonomi pun turut terdampak.
Di tengah musim panas terpanas yang pernah dicatat Negeri Tirai Bambu, masyarakat China, khususnya di wilayah Barat Daya, memilih untuk berlindung di rumah masing-masing. Lampu-lampu di tempat wisata musim panas pun tampak padam.
Adapun, wilayah tengah berada dalam periode suhu tinggi terlama sejak pencatatan dimulai lebih dari 60 tahun yang lalu. Para ilmuwan memperingatkan bahwa musim panas dan kering seperti itu akan memburuk saat perubahan iklim menghangatkan planet ini.
Suhu setinggi 45 derajat celcius pun telah memaksa pihak berwenang untuk memberlakukan pemadaman listrik guna mengatasi lonjakan permintaan listrik yang sebagian didorong oleh orang-orang yang menyalakan AC.
Di jalan-jalan Chongqing, sebuah kota berpopulasi 30 juta, penduduk setempat mengantre untuk tes Covid-19 wajib di dini hari karena ingin menghindari antrean panjang di siang yang terik.
Seorang wanita mengatakan kepada AFP bahwa dia berlindung di ruang dansa lokal pada siang hari, tempat yang sangat sibuk ketika orang tua mencari perlindungan dari matahari.
"Sejak gelombang panas, saya merasa terlalu panas untuk tidur setiap malam, dan panas membangunkan saya setiap pagi," kata Xu Jinxin, seorang siswa berusia 20 tahun, kepada AFP.
![]() A chain that holds a boat jetty lies exposed on the dried-up riverbed of the Jialing river, a tributary of the Yangtze, that is approaching record-low water levels in Chongqing, China, August 18, 2022. REUTERS/Thomas Peter |
"Karena kekurangan listrik, kami tidak membiarkan AC menyala sepanjang hari," katanya.
"Kami mencoba menggunakan lebih sedikit dan menghemat lebih banyak, mencoba menggunakan kipas jika kami bisa, dan hidup terus berjalan dengan daya tahan."
Di tempat wisata paling populer di Chongqing di sepanjang Sungai Jialing, lampu telah dipadamkan untuk menghemat listrik dan jalan yang dulu sibuk menjadi sunyi.
Penduduk setempat juga terlihat mandi di sisa air di dasar sungai yang mengering dan berpose untuk foto.
Selain itu, bisnis lokal - yang sudah terpukul keras oleh Covid-19 selama dua tahun - menderita, dengan satu pekerja bar mengatakan kekurangan listrik telah memengaruhi kehidupan malam.
"Sebagian besar peralatan seperti pembuat es dan penerangan di bar adalah mesin bertenaga tinggi, dan kekurangan listrik baru-baru ini telah memaksa bar untuk menangguhkan bisnis," tuturnya.
"Ini memengaruhi pekerjaan saya dan hidup saya juga."
Kesaksian juga diberikan seorang wanita berusia 25 tahun di wilayah tersebut.
"Pada musim panas sebelumnya ketika kami menyalakan keran, kami mungkin mendapatkan air panas mengalir selama satu menit, dan air dingin setelah itu. Tahun ini, bahkan setelah dua atau tiga menit, rasanya masih seperti air mendidih."
[Gambas:Video CNBC]
Eropa sampai China Pening, Ada Bencana Baru Mulai Menyerang
(luc/luc)