Lapor Pak Jokowi! Ini Analisa 5 Ekonom Soal Kenaikan BBM

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
22 August 2022 11:40
Warga antre untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite
Foto: Warga antre untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di Jakarta, Senin (15/8/2022). Beberapa hari terakhir pengendara motor dan mobil harus mengantri cukup panjang untuk membeli Pertalite di SPBU Pertamina.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

3. Irman Faiz, Bank Danamon

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Irman Faiz mengungkapkan bahwa anggaran pemerintah masih cukup menahan tekanan harga BBM hingga akhir September.

"Kemungkinan kenaikan tersebut juga dilakukan per 1 September atau Oktober," kata Irman, Senin (22/8/2022).

Mengenai kemampuan daya beli, Irman melihat kelompok menengah atas memang cukup kuat. Namun, dia khawatir dengan kelompok menegah bawah yang masih terindikasi vulnerable sehingga skema lain sperti perlinsos harus ditingkatkan dan ditujukan pada kalangan tersebut.

"Jika tidak akan menekan daya beli menengah bawah yang notabene baru mulai pulih juga," tambahnya.

Apabila inflasi melonjak di atas 8%, ekonomi Tanah Air dapat mengalami perlambatan konsumsi pada awal 2023.

"Namun, saya melihat dengan amunisi dana pihak ketiga menengah atas yang sangat solid, potensi perlambatan tersebut tidak akan dalam."

Menurutnya, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 4,5-5% pada 2023.

4. Juniman, Maybank Indonesia

Kepala Ekonom Maybank Indonesia Juniman menegaskan anggaran pemerintah masih cukup kuat untuk menambah subsidi BBM demi menjaga daya beli masyarakat dan proses pemulihan ekonomi nasional.

"Namun ke depannya, pemerintah juga harus mengantisipasi jika harga minyak terus naik yang berdampak beban subsidi BBM terus naik. Jika ini terjadi membuat kondisi fiskal kita juga dalam tekanan," tutur Juniman.

Dalam hitungan Maybank, setiap kenaikan harga BBM sebesar 10%, maka ada tambahan inflasi sebesar 0,7%. Kalau terjadi kenaikan harga BBM yang tinggi maka Bank Indonesia (BI) diperkirakan juga akan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan lonjakkan inflasi.

Domino efek berikutnya dari kenaikkan harga BBM adalah membuat daya beli turun dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan melambat.

5. Putera Satria Sambijantoro, Bahana Sekuritas

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai Pertalite bisa dinaikkan secara terbatas. Pasalnya, kenaikan tidak boleh mengikuti sepenuhnya dari harga pasar karena akan memberatkan masyarakat.

Seperti diketahui, Pertalite merupakan BBM yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Adapun, konsumsi Pertalite pada tahun lalu mencapai 23,29 juta kilo liter sementara harganya kini dibanderol Rp 7.650/liter

"BBM khususnya Pertalite seharusnya dinaikkan terbatas, namun tidak dilepas sepenuhnya pada harga pasar untuk mengendalikan inflasi domestik," ujar Satria.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular