
Udah Bangkrut Ketimpa Tangga, Negara Ini Ekonominya Bakal -8%

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis di Sri Lanka makin menggila. Negara itu diyakini akan mengalami kontraksi atau negatif pada ekonomi setidaknya 8% pada tahun ini.
Ini lebih tinggi dari proyeksi Bank Sentral sebelumnya di mana kontraksi akan sebesar 7,5%. Sri Lanka sendiri sempat minus 3,6$ di 2020 karena pandemi di 2020.
"Sekarang kami pikir itu akan melebihi 8,0%," kata Gubernur Nandalal Weerasinghe, dikutip AFP, Kamis (18/8/2022).
Inflasi sendiri akan berada di level 60,8% dan mencapai 65% pada September mendatang. Namun kekurangnya valuta asing yang memicu krisis ekonomi telah mereda akibat arus masuk mata uang yang lebih baik dan rendahnya impor.
Sebagai informasi pada April lalu, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri senilai US$51 miliar. Selain itu juga mencari dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Kejadian itu semua terjadi setelah masyarakat Sri Lanka harus menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obat selama berbulan-bulan sebelumnya. Belum lagi 22 juta orang harus menderita karena tidak mendapat aliran listrik dan tekanan biaya hidup.
AFP mencatat saat kelangkaan bahan bakar memuncak, masyarakat bahkan harus menunggu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk bisa mengisi ulang. Namun akhirnya dilakukan kebijakan penjatahan bahan bakar.
Banyak masyarakat akhirnya melakukan protes karena runtuhnya ekonomi Sri Lanka selama berbulan-bulan. Akhirnya berujung pada pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa sebagai presiden, di mana dia dituduh salah mengelola ekonomi negara hingga tidak bisa membiayai impor penting.
(npb/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Lanka Bangkrut, Kantor Pemerintah hingga Sekolah Shutdown