
Neraca Perdagangan 'Diramal' Masih Surplus, Tapi Anjlok Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengecil pada Juli 2022 karena mulai melandainya harga minyak sawit mentah (CPO).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli sebesar US$ 3,81 miliar. Turun signifikan ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai US$ 5,09 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 29,21% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 31,02%.
Sebagai catatan, pada Juni lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 26,09 miliar atau melesat 40,68% (yoy) dan naik 21,30% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor mencapai US$ 21 miliar, naik 21,98% (yoy) dan menguat 12,87% dibandingkan bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2022 pada Senin (15/7/2022). Menyusutnya surplus neraca perdagangan yang melebar pada Juli sudah tercermin dalam cadangan devisa.
Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Juli tercatat US$ 132,2 miliar, turun dibandingkan Juni 2022 yang tercatat sebesar US$ 136,4 miliar.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 masih akan dimotori komoditas. Dia menjelaskan nilai ekspor kemungkinan akan turun pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya karena melandainya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).
"Secara month to month, ekspor akan turun sebesar 2.1%. Hal ini terkait dengan koreksi harga komoditas ekspor terutama CPO," tutur Irman kepada CNBC Indonesia.
Merujuk pada data Refinitiv, harga CPO pada Juli rata-rata ada di kisaran MYR 3.940/ton, jauh lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat MYR 5.473 per ton.
Merujuk data BPS, CPO dan produk turunannya berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Indonesia. Naik turunnya harga CPO tentu berdampak besar kepada kinerja ekspor.
Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Samuel mengatakan ekspor Indonesia kemungkinan terbantu oleh program flush out ekspor CPO. Program tersebut diperkirakan melambungkan volume ekspor CPO Indonesia pada Juli. Dengan volume yang melonjak, kinerja ekspor diharapkan bisa terbantu.
"Flush out ekspor CPO kemungkinan akan menaikkan ekspor CPO kita bertambah sekitar US$1 miliar. Ditambah harga batu bara yang masih tinggi di US$ 350, kemungkinan trade balance masih bisa stabil di US$ 5 miliar," ujar Mikail kepada CNBC Indonesia.
Sebagai catatan, pada pertengahan Juni, pemerintah bahkan mengeluarkan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya. Kebijakan tersebut berlaku dari 14 Juni 2022 hingga 31 Juli 2022.
Program flush out membuat harga CPO sempat ambruk karena melimpahnya pasokan. Namun, perlahan-lahan harga CPO kembali membaik.