Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bensin di Amerika Serikat (AS) terus mengalami penurunan. Untuk kali pertama dalam beberapa bulan harga turun di bawah US$ 4 per galon pada Kamis (11/8/2022). Kondisi ini memberikan sedikit nafas lega bagi rakyat Negeri Adidaya sebagai konsumen bahan bakar terbesar di dunia.
Saat ini, berdasarkan data yang dihimpun dari menurut American Automobile Association dan Gas Prices, harga rata-rata nasional untuk gas tanpa timbal reguler turun menjadi US$ 3,99 atau sekitar Rp 58.757 per galon.
Harga bensin di AS sempat mencapai rekor tertinggi pada Juni 2022 yakni sebesar US$ 5,02 atau sekitar Rp 73.925 per galon. Biaya yang tinggi ini pada akhirnya membatasi pengeluaran, kemudian harga turun karena kekhawatiran pasar terhadap pembatasan pasokan sejak Rusia pertama kali menyerang Ukraina pada Februari lalu.
Namun sepertinya kondisi ini telah surut. Harga bensin cenderung mencapai puncaknya di musim panas dan akan berakhir sekitar Hari Buruh di AS yakni 5 September. Tetapi perkiraan turunnya harga ini hingga sebelum 5 September mendatang.
Penurunan harga terbaru dapat membantu pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden dan Partai Demokrat di Kongres sebagai pendekatan pemilu paruh waktu. Gedung Putih telah mengambil beberapa langkah untuk mengekang harga minyak setelah serbuan Rusia ke Ukraina.
Di sisi lain, harga minyak mentah sebagai pendorong harga bensin terpantau kembali naik. Harga minyak dunia terpantau telah menghijau di tengah kabar dari AS sepertinya ampuh untuk mendongkrak harga si emas hitam.
Pada Kamis (11/8/2022) harga minyak jenis brent berada di US$ 99,6/barel. Naik 2,26% dari posisi hari sebelumnya. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 94,34/barel. Naik 2,62% dibanding hari sebelumnya.
US Bureau of Labour Statistics melaporkan inflasi Negeri Adikuasa pada Juli 2022 berada di 8,5% year-on-year (yoy). Masih tinggi, tetapi jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 9,1%, tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
AS adalah konsumen minyak terbesar di dunia. Saat ekonomi AS bergeliat, maka permintaan energi akan naik. Jadi wajar saja harga minyak ikut terungkit.
Selain karena sentimen inflasi AS yang mulai mereda, yang menjadi sentimen positif harga minyak yakni IEA menaikkan proyeksi permintaan minyak dunia. Hal ini tercantum dalam Laporan Oil Market Report edisi Agustus 2022 yang dirilis oleh IEA.
Pasokan minyak, sebut laporan IEA, sebenarnya melimpah dan menyentuh 100,5 juta barel/hari, tertinggi sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun permintaan pun meningkat karena tahun ini harga gas alam meroket akibat keterbatasan pasokan.
AS melepaskan lebih dari 180 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak strategis. Produksi minyak AS telah meningkat sekitar 500.000 barel per hari tahun ini menjadi 12,2 juta barel per hari.
"Masih banyak pekerjaan yang tersisa, tetapi harga turun, dan presiden akan terus meminta produsen minyak domestik dan internasional untuk meningkatkan produksi sehingga mereka dapat terus turun," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre awal pekan ini.
Bensin berjangka Rbc1 turun 27,3% dari tertinggi Juni, sementara minyak mentah AS CLc1 telah turun 25%. Penurunan ritel lebih dari 20%, tetapi beberapa negara bagian telah melihat lebih banyak bantuan, seperti Ohio, di mana harga turun 27% dari puncaknya.
Rilis SPR yang juga berkoordinasi dengan rilis dari anggota Badan Energi Internasional, menurunkan harga bensin sebesar 17 sen menjadi 42 sen per galon, menurut analisis Departemen Keuangan AS Juli, meskipun dikatakan dampak sebenarnya sulit dipastikan.
Penurunan harga ini telah membantu orang AS berpenghasilan rendah. Berdasarkan data Bank of America pengeluaran bensin rata-rata sebagian dari total pengeluaran per rumah tangga yakni turun menjadi 9,3% oada Juli untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.
Kondisi ini merupakan penurunan terbesar dari puncak kenaikan hampir 10% pada Juni lalu. Sementara inflasi mulai melandai di bulan Juli, didorong lebih rendah oleh penurunan tajam dalam biaya energi, tetapi inflasi konsumen masih naik 8,5% dari tahun lalu, yang masih mempengaruhi kebiasaan belanja Amerika.
"Saya hanya memiliki setengah tangki, tetapi saya ingin mengisi sekarang sementara harganya bagus," kata Kelly Ferrel, seorang pramuniaga di Atlanta yang sedang mengisi bensin seharga US$ 3,45 per galon.
Menurut data EIA, secara keseluruhan produk bensin yang dipasok, proksi untuk permintaan, turun 6,3% selama empat minggu terakhir jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Analis di Goldman Sachs, mengatakan minyak mentah bisa naik akhir tahun ini, karena lonjakan sebelumnya, tetapi tidak mengakibatkan kehancuran permintaan yang cukup untuk mengakhiri defisit saat ini yang tidak berkelanjutan.
Penyulingan diharapkan memprioritaskan pemrosesan minyak pemanas dalam beberapa bulan mendatang, memotong produksi bensin, yang dapat menekan pasar itu. Persediaan bensin AS berada di 220 juta barel, lebih rendah dalam lima tahun terakhir.
Harga bensin yang turun di AS dibandingkan dengan harga minyak dunia yang mulai mengalami kenaikan akan kembali mengancam harga bensin. Bisa dikatakan kondisi ini hanya sementara. Terlebih lagi, analisis mengatakan harga minyak akan kembali meroket di akhir tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA