
Berkat Tokopedia Cs, Kas Negara Aman...

Kenaikan harga komoditas mulai dari minyak mentah kelapa sawit (CPO), batu bara, minyak mentah, nikel, hingga emas pada tahun ini berdampak positif ke penerimaan negara. Penerimaan negara baik dari perpajakan ataupun non-perpajakan meloncat karena kenaikan harga komoditas.
Lonjakan harga komoditas juga menopang surplus APBN sepanjang tahun ini. Pada Juli 2022, APBN masih mencetak surplus Rp 106,1 triliun atau 0,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). adahal, APBN biasanya sudah mencatatkan defisit sejak Maret.
Penerimaan negara pada Januari-Juli 2022 mencapai Rp 1.551 triliun atau tumbuh 50,3% (year on year/yoy) sementara belanja negara tercatat Rp 1.444,8 triliun atau tumbuh 5,6%. Penerimaan dari sektor pajak tercatat Rp 1.028,5 triliun, kepabeanan dan cukai Rp 185,1 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp 337,1 triliun.
Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo mengatakan kenaikan harga komoditas sudah menambah penerimaan pajak sebesar Rp 165 trilliun hingga Juli tahun ini. Jumlahnya diperkirakana akan meningkat menjadi Rp 279 triliun hingga akhir tahun. "Itu dengan kondisi harga komoditas bergerak seperti saat ini," tutur Suryo.
Besarnya dampak kenaikan harga komoditas pada perpajakan tercermin dari penerimaan PPh migas dan bea keluar. Penerimaan PPh migas hingga Juli tahun ini mencapai Rp 49,2 triliun, naik 92% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 25,6 triliun. Penerimaan Bea Keluar yang ditopang oleh minyak sawit mentah melonjak 97,84% (yoy) menjadi Rp 31,41 triliun.
Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA) migas melonjak 93,6% menjadi Rp 92,1 triliun. Pada periode Januari-Juli 2022, PNBP SDA dari minerba juga tidak kalah cemerlang. Sumbangan dari minerba ke PNBP menembus Rp 43,9 triliun atau melesat 118,8%. Lonjakan penerimaan disebabkan oleh kenaikan harga nikel dan batu bara.
Namun, Sri Mulyani mengingatkan jika ada tendensi penurunan beberapa harga komoditas energi dan pangan seiring pelemahan prospek ekonomi global. Harga gas kembali meninggi seiring tensi geopolitik di Eropa tetapi harga batu bara dan migas perlahan turun. Harga pangan, kecuali gandum, kembali merangkak naik karena faktor cuaca dan ketegangan geopolitik. Penurunan harga komoditas tersebut tentu saja bisa berdampak kepada penerimaan negara ke depan.
"Harga-harga komoditas masih kecenderungan tinggi namun volatile. Dia bergerak atau bergejolak namun pada level relatif tinggi dibandingkan 2020-2021," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]