Era Kendaraan Listrik, Apa Kabar Program Konversi BBM ke Gas?

News - Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
10 August 2022 17:00
Kementerian ESDM konversi motor berbasis BBM jadi motor listrik. (Dok: Kementerian ESDM) Foto: Kementerian ESDM konversi motor berbasis BBM jadi motor listrik. (Dok: Kementerian ESDM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus menggalakkan realisasi konversi kendaraan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan berbasis listrik. Contohnya motor listrik, ditargetkan sampai tahun 2025 akan ada sebanyak 6 juta motor listriuk mengaspal di Indonesia.

Lalu bagaimana dengan program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas? Sejatinya pemerintah juga sudah menggalakkan program konversi ini jauh sebelum maraknya konversi kendaraan BBM ke kendaraan listrik.

Dewan Energi Nasional (DEN) mendorong agar program konversi kendaraan BBG dapat digencarkan kembali. Mengingat minyak mentah yang digunakan sebagai acuan penetapan harga dasar produk BBM telah mengalami lonjakan harga yang cukup membebani keuangan negara.

Anggota DEN, Eri Purnomohadi menjelaskan program konversi BBM ke gas termasuk BBG menjadi bagian dari peta jalan atau roadmap dari Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam road map transisi energi. Termasuk di dalamnya program transisi energi ke penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangga dan Gasifikasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) sebagai energi alternatif pengganti LPG.

"Demikian pula BBG untuk industri dan transportasi guna meningkatkan pemanfaatan gas domestik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor energi," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/8/2022).

Namun demikian, untuk menggencarkan implementasi dari program BBG ini terdapat sejumlah kendala. Misalnya seperti kontrak gas di sektor hulu yang mempunyai peran strategis dalam mempengaruhi harga gas di hilir hingga sampai ke pengguna akhir.

Kontrak gas sendiri meliputi volume, harga, jangka waktu, titik serah, transportasi, hingga ke Mother Station. Adapun dari Mother Station juga terdapat biaya distribusinya kembali hingga ke titik serah di pengguna akhir.

"Ini memang menjadi target di DEN (konversi BBG) juga berkaitan dengan Energi Mix 2025 sebesar 23% capaian Bauran Energi Nasional," kata dia.

Di mana untuk mencapai target bauran energi bersih 23% tersebut, paling tidak beberapa program transisi energi harus dijalankan. Seperti percepatan implementasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), program konversi kompor LPG ke kompor induksi, proyek Gasifikasi batu bara DME sebagai energi alternatif pengganti LPG

"Dan peningkatan pemanfaatan gas ( industri dan rumah tangga ) kemudian peningkatan pemanfaatan PLTS Atap dan seterusnya," ujarnya.

Terpisah, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto menilai pemanfaatan BBG untuk sektor transportasi menjadi opsi yang cukup bagus untuk saat ini digencarkan kembali. Apalagi akhir-akhir ini Indonesia lebih banyak menemukan temuan sumber gas dibandingkan minyak.

"Ini program yang bagus. Khususnya menggunakan gas alam. Karena dapat mengurangi konsumsi BBM kita, apalagi di tengah harga migas dunia yang tinggi," ujarnya.

Meski begitu, ia mengakui bahwa pengembangannya kurang begitu masif, hal tersebut terjadi lantaran ekosistem serta infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) terbatas, sehingga kurang menarik bagi masyarakat.

Namun dalam kondisi hari ini, program BBG bisa jadi sangat menarik untuk diperluas kembali. Tinggal pemerintah mendorong ekosistemnya seperti pemasangan konverter kit, memperbanyak SPBG, termasuk melakukan berbagai sosialisasi.

"Ketika pasarnya lemah seperti sebelumnya, mungkin terasa kurang menarik. Kalau sekarang dengan harga BBM yang tinggi, sementara gas alam kita masih sangat cukup tersedia. Ini tentunya berbeda," kata dia.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Toyota : Infrastruktur Kendaraan Listrik Tidak Murah Loh


(pgr/pgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading