Internasional

Latihan Militer China Vs Taiwan: Antara Teror & Nasionalisme

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
10 August 2022 14:45
Pasukan militer China menggelar latihan menembak di perairan Taiwan pada Sabtu (30/7) di lepas pulau Pingtan di Provinsi Fujian. (Getty Images/Annabelle Chih)
Foto: Pasukan militer China menggelar latihan menembak di perairan Taiwan pada Sabtu (30/7) di lepas pulau Pingtan di Provinsi Fujian. (Getty Images/Annabelle Chih)

Jakarta, CNBC Indonesia - Latihan militer China yang menargetkan Taiwan telah menetapkan normal baru. Para analis mengatakan ada kemungkinan Beijing akan mengatur lebih banyak latihan bersenjata serupa di lepas pantai atau bahkan tindakan yang lebih agresif di dekat kawasan negara pulau itu.

Pamer kekuatan militer oleh China itu dianggap para pengamat sebagai cara memberi ketakutan dan kepastian invasi di hati dan pikiran Taiwan.

"Ini tentang menyerang rasa takut dan rasa keniscayaan dalam hati dan pikiran orang Taiwan," kata Alessio Patalano, profesor perang dan strategi di Asia Timur di King's College London, melansir The Guardian, Rabu (10/8/2022).

"Ada, dalam pesan politik yang disampaikan melalui sarana militer, risiko nyata bahwa langkah-langkah yang lebih agresif ini dapat dinormalisasi," tambahnya.

Sebagaimana diketahui Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) telah melakukan latihan tembakan langsung dan latihan lainnya di laut sekitar pulau utama Taiwan selama hampir seminggu. Ini dilakukan sebagai tanggapan atas kunjungan kontroversial Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei.

Menurut analisis data publik dari Taiwan, China, dan Jepang, PLA mengirim setidaknya 140 pesawat ke zona pertahanan udara Taiwan selama seminggu, termasuk 100 di atas garis median, garis maritim tidak resmi yang melintasi tengah selat Taiwan.

Pesawat-pesawat itu termasuk jet tempur, pesawat pengintai, pesawat pengebom H-6 dan pesawat pengisian bahan bakar.

Sedikitnya 41 kapal China juga melintasi garis tengah. Sepuluh kapal angkatan laut PLA di sekitar garis dengan 10 kapal Taiwan pada Minggu. Tujuh batch dari satu atau lebih drone terdeteksi di pulau-pulau terpencil Taiwan, Kinmen dan Matsu. Drone udara juga terlihat di dekat Jepang.

"Tidak mungkin untuk melakukan penilaian yang akurat tentang seberapa baik kinerja PLA dalam melakukan operasi bersama," kata Bonnie Glaser, seorang ahli China di German Marshall Fund.

"Tidak jelas siapa yang melakukan komando dan kontrol ... Mereka berlatih untuk melakukan blokade dan melakukan serangan di pulau itu, tetapi latihan itu tidak mengandung semua elemen yang diperlukan untuk menyerang pulau itu," katanya.

Glaser menambahkan bahwa latihan yang baru diumumkan yang berfokus pada operasi anti kapal selam dan serangan laut akan melatih beberapa kemampuan yang hilang dari latihan pekan lalu.

Untuk saat ini, sebagian besar fokus pengamat mengatakan China berada pada perlintasan garis tengah, yang hingga pekan lalu merupakan kejadian langka. Setelah sebagian besar menghormati garis itu selama beberapa dekade, tetapi Beijing telah mengubah pendiriannya dan menyangkal keberadaannya dengan mengirim pesawat dan kapalnya di titik tersebut.

"Ini adalah upaya berkelanjutan untuk pada dasarnya mengatakan bahwa garis tengah tidak lagi menjadi masalah," kata analis senior China Crisis Group, Amanda Hsiao.

Sementara latihan tersebut meningkatkan nasionalisme yang berkembang di China, khususnya secara online, serta sentimen anti-AS dan anti-Jepang, menurut Dr Ying-yu Lin, dari Institut Studi Strategi dan Hubungan Internasional Universitas Tamkang.

"(Presiden Xi Jinping) ingin menunjukkan kekuatannya, untuk memberi tahu Taiwan dan Amerika bahwa RRT tidak seperti 25 tahun yang lalu ... dan PLA meningkat," kata Lin. "Dia juga ingin menunjukkan kekuatannya kepada orang-orang daratan."


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siaga Perang Asia! Ini 'Balas Dendam' Terbaru China ke Taiwan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular