
Perbandingan HIMARS AS Vs Sistem Rudal China, Siapa Unggul?

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama melakukan latihan militer di sekitar Taiwan, China dilaporkan telah menguji senjata baru di gudang senjata mereka, yakni Sistem Roket Peluncuran Berganda (Multiple Launch Rocket System atau MLRS) jarak jauh.
MLRS pertama kali diungkapkan kepada publik selama parade Hari Nasional China pada Oktober 2019. Beijing dilaporkan menguji senjata baru untuk pertama kalinya pada pertengahan Juli, di mana MLRS menembakkan roket di zona dataran tinggi, menurut penyiar milik negara China CCTV.
Senjata itu dilaporkan digunakan lagi selama latihan militer di sekitar Taiwan beberapa hari terakhir ini.
MLRS milik China sendiri telah dibandingkan dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (High Mobility Artillery Rocket System atau HIMARS) milik Amerika Serikat (AS).
Lalu? seperti apa MLRS milik China dan HIMARS milik AS? Berikut perbandingannya, mengutip Newsweek, Rabu (10/8/2022).
"MLRS baru China adalah di antara yang terberat di dunia dengan jangkauan yang hanya dapat disaingi oleh rekan Korea Utaranya, KN-25," kata pakar militer di Military Watch Magazine.
Mampu menembakkan roket dan rudal balistik, perangkat keras baru yang dinamakan Tipe PCL-191, bagian dari seri Weishi China, memiliki platform yang dapat membawa hingga delapan roket 370 mm yang mampu mencapai 217 mil.
Spesifikasi ini menjadi perpanjangan signifikan dari jarak tembak Beijing sebelumnya dan peningkatan kemampuan serangan presisi, menurut para ahli.
Ini juga dapat digunakan sebagai peluncur untuk dua rudal balistik taktis "Fire Dragon 480" 750 mm dengan jangkauan 310 mil. Di sisi lain, HIMARS AS dapat membawa enam rudal berpemandu GPS, yang dapat ditembakkan ke target yang berjarak lebih dari 185 mil.
"Weishi China secara kasar dapat dibandingkan dengan M142 HIMARS," kata Dr. Marina Miron, peneliti di King's College London Defense Studies.
"Namun, keluarga Weishi China tampaknya cukup fleksibel," tambahnya. "Misalnya, WS-2C dan 2D memiliki jangkauan masing-masing 220 mil dan 250 mil; yang terakhir dapat meluncurkan UAV juga."
"UAV memiliki fungsi anti-radar, yang berguna untuk melawan pertahanan udara musuh. Roket dapat memiliki berbagai hulu ledak yang berbeda mulai dari anti-personil hingga penusuk lapis baja, karena tampaknya China tidak menghadapi masalah hukum yang sama. kendala seperti AS," tambah Marion.
Terlepas dari kesamaan yang tampak, pakar pertahanan berpikir bahwa masih perlu berhati-hati dalam membandingkan kedua sistem tersebut. "Sistem China yang disebutkan dalam berita diduga WS-2D MLRS, yang dikatakan paling canggih," katanya.
"Tentu saja, dalam hal jangkauannya akan melebihi M142. Tentu saja, kita harus melihat faktor-faktor seperti pasokan dan pemeliharaan juga ... berapa banyak yang dibutuhkan WS-2D vs HIMARS; seberapa cepat ia dapat memuat ulang tanpa terdeteksi (di situlah HIMARS mungkin lebih unggul) dan, yang paling penting, di mana dan untuk tujuan apa itu akan dikerahkan. Untuk tujuan China, WS-2D dengan jangkauan 400 km jauh lebih berguna daripada sistem HIMARS," jelasnya.
Dibandingkan dengan peluncur MLRS, HIMARS memiliki kunci, perbedaan terkenal, seperti yang disebutkan Mirion, yakni rudal dapat dimuat ulang dalam waktu sekitar satu menit dengan tim kecil yang hanya terdiri dari pengemudi, penembak dan kepala bagian peluncur, dimana ini memungkinkan pasukan untuk dengan cepat pindah setelah menembak.
Kedua sistem, terutama HIMARS dan beberapa varian Weishi, mirip dengan BM-30 Smerch Rusia, dengan jarak tembak hingga 56 mil, kata Mirion.
Hingga kini belum diketahui ada berapa banyak MLRS yang dimiliki Beijing, di mana AS diketahui memiliki beberapa ratus HIMARS. AS sendiri telah memasok HIMARS selama perang di Ukraina untuk membantu pasukan Kyiv mengusir militer Moskow di wilayah Donbas.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Taiwan Kepincut Senjata Canggih AS Buat Lawan China
