
Jadi Sekutu Kunci Rusia, Putin Bergantung ke Negara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko merupakan sekutu kunci Rusia dan terus memihak Presiden Vladimir Putin, bahkan saat mantan agen KGB itu melakukan serangan ke Ukraina pada akhir Februari 2022 lalu.
Belarusia berbagi perbatasan dengan Ukraina dan Rusia dan telah memihak Moskow selama konflik. Sejak saat itu, Lukashenko telah mengizinkan militer Putin menggunakan wilayah negaranya untuk mengobarkan perang, dan Juli lalu pasukan Rusia menembakkan rudal ke Ukraina dari Belarus.
Marti Magnus, yang menjabat sebagai direktur departemen kesiapan pertahanan Estonia, mengatakan bahwa serangan tersebut menunjukkan bahwa Lukashenko tidak memiliki keputusan akhir tentang mengizinkan Rusia menggunakan wilayahnya untuk menyerang Ukraina.
"Peristiwa selama bulan Juli menunjukkan bahwa pasukan penyerang juga memanfaatkan (sekutu Kremlin) Belarusia, dan memberikan serangan tidak langsung dan presisi ke Ukraina, dari negara itu," kata Magnus, melansir Newsweek, Senin (8/8/2022).
"Ini menunjukkan kepada kita bahwa Lukashenko tidak memiliki keputusan akhir, dan bahwa angkatan bersenjata Rusia dapat melewati Belarusia dengan cukup bebas," tambahnya.
Pernyataan Magnus datang kurang dari seminggu setelah Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Lukashenko lebih bergantung pada Rusia di tengah serangan dan dia dikatakan akan terus mengikuti garis Moskow.
"Rezimnya menjadi lebih otoriter, dengan perluasan hukuman mati untuk 'mempersiapkan aksi teroris'," tulis kementerian itu dalam pembaruan intelijen hari Minggu lalu.
"Tuduhannya yang meningkat dan tidak berdasar tentang desain Barat di Belarusia dan Ukraina kemungkinan menunjukkan bahwa dia hampir sepenuhnya bergantung pada Rusia," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, saat Putin menjadi paria di antara para pemimpin Eropa, Lukashenko masih tetap dekat dengannya. Serangan rudal terbaru Rusia dari Belarus hanyalah contoh terbaru dari Belarusia yang membantu Kremlin.
Pada hari-hari awal serangan Rusia ke Ukraina, Lukashenko mengizinkan tentara Kremlin masuk ke Ukraina dari Belarusia, memberi mereka akses lebih dekat ke ibu kota utama Kyiv. Meskipun pada akhirnya pasukan Rusia menguasai ibu kota Ukraina.
Pada Juni, ketika tentaranya terus berperang di Ukraina, Putin berjanji bahwa dia akan memberi Belarusia dengan rudal berkemampuan nuklir.
Lukashenko sebagian besar berdiri di belakang pertahanan perang Putin. Pada Mei, ia memperingatkan bahwa Barat harus berhenti menyediakan Ukraina dengan senjata untuk mencegah Perang Dunia III terjadi. Meski mendukung Putin, Lukashenko tetap menyerukan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina demi membebaskan wilayah Donbas yang separatis dan mengeluarkan Nazi dari pemerintah Ukraina, meskipun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merupakan orang Yahudi. Serangan itu disambut dengan kecaman luas dari banyak pemimpin dunia dan deretan sanksi dari banyak negara.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Putin, Presiden Ini Akui Pimpin Negara Secara Otoriter
