Awas Krisis Listrik, Pemasok Batu Bara Ogah Suplai ke PLN!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) membeberkan berlarutnya pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) sebagai pemungut iuran batu bara membuat banyak pemasok mencoba menahan pasokan ke PLN. Hal ini tentunya membuat perusahaan setrum ini makin sulit mendapat pasokan batu bara.
EVP Batubara PT PLN (Persero), Sapto Aji Nugroho menjelaskan bahwa saat ini pihaknya menghadapi persoalan yang cukup serius terkait pasokan batu bara. Pasalnya para penambang yang sudah berkontrak dengan PLN dan kontraknya sudah berakhir tidak ada yang mau memperpanjang kontrak.
Oleh sebab itu, ia berharap agar BLU batu bara dapat segera diimplementasikan. Utamanya sebagai solusi atas disparitas harga yang menjadi akar permasalahan pasokan batu bara untuk kelistrikan nasional.
"BLU adalah solusi yang akan menyelesaikan karena prinsip dasarnya menyelesaikan permasalahan disparitas harga," kata Sapto dalam Diskusi Publik BLU Batubara Selasa (2/1/2022).
Menurut Sapto selama ini perusahaan dapat menjaga pasokan karena menggunakan pintu darurat yakni bantuan penugasan dari Dirjen Minerba, namun demikian hal ini bersifat sementara.
Dalam skema BLU ini, PLN masih akan tetap membayar harga sesuai HBA US$ 70 per ton dan sisanya yakni selisih antara harga pasar dikurangi HBA US$ 70 per ton dibayarkan langsung oleh BLU kepada para penambang.
Saat ini stok batu baraPLN berada di level 19 hari operasi (HOP). Jika tidak ada kepastian, tentunya HOP terus akan mengalami penurunan. "Ini akan semakin mempersulit PLN mendapatkan pasokan batu bara. Jadi pemasok yang mendapatkan penugasan dari Minerba banyak yang bersedia melaksanakan penugasan di TW 4, hal ini karena berharap BLU sudah berjalan," ungkap Sapto.
Seperti yang diketahui, pada awal Januari 2022, PLN kesulitan mendapatkan stok batu bara, hingga mengakibatkan kondisi listrik di Indonesia mengalami krisis. Akibat dari kelangkaan itu, pemerintah menyetop sementara ekspor batu bara ke luar negeri.
Untuk diketahui, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbangtek Tekmira) akan dilebur menjadi satu. Hal tersebut menyusul rencana pembentukan badan layanan umum (BLU) untuk memungut iuran batu bara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan proses harmonisasi dari pembentukan BLU batu bara ini. Adapun melalui mekanisme ini nantinya harga batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik PT PLN (Persero) akan dilepas ke pasar.
Adapun kedua badan lembaga yang dilebur ini nantinya akan bertugas memungut iuran dari pengusaha batu bara untuk menutup selisih antara harga pasar dan harga untuk kewajiban pasar domestik (domestic market obligation/DMO) US$ 70 per ton untuk PLN.
"Masih proses harmonisasi. Kita diminta untuk membentuk BLU. Di kami yang paling akses kan Lemigas. Jadi nantinya ada penggabungan juga Tekmira sama Lemigas supaya terintegrasi," ujar Arifin saat ditemui di Jakarta Convention Center, Rabu (27/7/2022).
[Gambas:Video CNBC]
Nasib 'Nyala' Listrik RI Bergantung Hidup di Ditjen Minerba
(pgr/pgr)